TRIBUNNEWS.COM, HAITI - Setidaknya sepuluh orang tewas di pinggiran ibukota Haiti pada hari Senin (18/3/2024) waktu setempat.
Selain itu penjarahan dan pencurian peralatan listrik menyebar ke daerah-daerah makmur.
Seorang saksi mata melihat setidaknya belasan mayat bergelimpangan di jalan setidaknya beberapa di antaranya mengalami luka tembak karena banyak lubang peluru di tubuhnya.
Mayat-mayat tersebut dibiarkan begitu saja di jalanan Petion-Ville atau di pinggiran ibukota Port Au Prince.
Belum diketahui mengapa banyak mayat bergelimpangan.
Namun informasi menyebut area Laboule dan Thomassin yang ada di pinggiran Petion-Ville, telah diserang oleh gangster bersenjata api.
"Mereka datang mengenakan balaclava di mobil-mobil, sepeda motor, dengan ambulans mereka sendiri, lalu mereka membantai penduduk Petion-Ville," tutur salah satu penduduk.
Baca juga: Gangster di Haiti Semakin Berulah, Kontainer Bantuan PBB di Pelabuhan Ibu Kota Dijarah
Kelompok gangster bersenjata api tersebut juga melakukan berondongan tembakan ke arah bank, pom bensin dan rumah-rumah warga di sekitar lokasi.
Kondisi di Haiti memang terus mencekam setelah Presiden Jovenel Moise tewas ditembak tahun 2021 lalu. Setelah itu kerusuhan terjadi dimana-mana.
Gangster bersenjata api kemudian mengambil alih dan membuat situasi semakin kacau balau.
Bahkan Badan urusan kemanusiaan PBB memperingatkan bahwa sistem kesehatan Haiti hampir runtuh dimana saat ini terjadi kekurangan staf, peralatan, tempat tidur, obat-obatan dan darah untuk merawat pasien yang terkena luka tembak.
Menurut Program Pangan Dunia (WFP) PBB, dua lusin truk yang membawa peralatan penting, pasokan medis dan makanan terjebak di pelabuhan ibu kota.
WFP mengkonfirmasi pihaknya telah menghentikan layanan transportasi lautnya, dengan alasan ketidakamanan.
Pemimpin geng pemicu kerusuhan yang melanda ibu kota Haiti mengeluarkan peringatan akan "perang saudara" jika Perdana Menteri Ariel Henry tidak mundur.
Jimmy "Barbecue" Chérizier sang pemimpin geng melontarkan ancaman tersebut ketika anggota kelompoknya mencoba merebut bandara ibu kota guna mencegah Henry kembali dari luar negeri. (Reuters)
Penulis: Willy Widianto