TRIBUNNEWS.COM - Pejabat Israel mengomentari keputusan pemerintah Kanada yang akan menghentikan ekspor senjata ke Israel.
Rencana itu melanjutkan proposal yang disahkan oleh House of Commons, meski tidak mengikat pemerintah Kanada.
“Sangat disayangkan bahwa pemerintah Kanada telah mengambil langkah yang melemahkan hak Israel untuk membela diri melawan Hamas,” kata Menteri Luar Negeri Pendudukan, Israel Katz, dalam tweet di media sosial X, Rabu (20/3/2024).
“Sejarah akan menilai tindakan Kanada saat ini dengan keras,” lanjutnya.
Ia mengulang kembali niat Israel untuk melanjutkan perang melawan Hamas di Jalur Gaza.
“Israel akan terus berperang sampai Hamas dihancurkan dan semua orang yang diculik dikembalikan ke rumah mereka,” tegasnya.
Sementara itu, pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, mengatakan Israel sedang menyaksikan keruntuhan hubungan luar negerinya, karena kehadiran pemerintah yang lalai, seperti yang ia katakan.
“Keputusan Kanada untuk menghentikan pasokan senjata ke Israel adalah salah dan berbahaya,” kata Yair Lapid, Rabu.
Ia mencatat bahwa Israel sedang melancarkan perang melawan Hamas dan mengklaim orang Kanada tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi di Jalur Gaza.
"Ini tidak mengubah fakta bahwa kita menyaksikan runtuhnya hubungan luar negeri Israel, karena pemerintah yang jahat dan lalai dalam menjalankannya dengan sangat buruk," lanjutnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Kanada, Melanie Jolie, mengumumkan Kanada akan berhenti memasok senjata ke Israel, sehari setelah Dewan Perwakilan Rakyat Kanada menyerukan penghentian pengiriman senjata ke Israel.
Baca juga: Gelar Pemungutan Suara, Kanada Bakal Setop Ekspor Senjata ke Israel
Mayoritas perwakilan liberal memberikan suara mendukung resolusi di Parlemen, yang diusulkan oleh Partai Nasional Demokrat.
Beberapa kelompok Yahudi mengatakan resolusi tersebut melemahkan hak Israel untuk mempertahankan diri melawan Hamas.
Menurut media asing, Kanada mengekspor senjata ke Israel senilai 28,5 juta dolar Kanada dalam tiga bulan terakhir pada tahun 2023.
Pada awal Maret, aktivis pro-Palestina dan hak asasi manusia menggugat Kanada untuk mencegah transfer ekspor militer ke Israel.
Alasannya karena senjata tersebut dapat digunakan untuk melanggar hukum internasional dan melakukan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak di Jalur Gaza.
Gugatan tersebut kemungkinan besar mendorong keputusan Kanada baru-baru ini, seperti diberitakan National Review.
Jumlah korban
Agresi Israel masih berlanjut di Jalur Gaza, dilaporkan ada 31.726 kematian warga Palestina dan 73.792 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (18/3/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua News.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).
Israel memperkirakan, ada kurang lebih 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, ada lebih dari 8.000 warga Palestina yang berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel