TRIBUNNEWS.COM – Derpartemen Keuangan Israel mengungkap bahwa ekonomi negaranya kini sedang merugi besar, hingga terancam jatuh ke jurang inflasi akibat perang.
Ancaman ini diungkap usai Perdana Menteri Israel mulai meningkatkan operasi militernya ke wilayah Gaza, dengan tujuan untuk memukul mundur militan Hamas.
Namun akibat perang yang tak kunjung rampung, perlahan Israel mulai kehilangan pasukan tempur.
Posisi Israel di Gaza bahkan semakin terdesak usai para tentara cadangan dari batalion perang menolak perintah Netanyahu untuk melanjutkan invasi melawan Hamas di jalur Gaza.
Masalah ini yang kemudian mendorong pemerintah Israel untuk menaikan gaji para tentara bayarannya agar mereka mau melanjutkan invasi di Gaza.
Menurut laporan yang dirilis Al Mayadeen, dalam sebulan tentara bayaran perang Israel bisa mendapatkan upah sekitar 7.500 dolar AS atau Rp 118 juta hingga 17.000 dolar AS atau setara Rp 268 juta.
“Untuk memperluas layanan pasukan pendudukan Israel dalam agresi militer di Jalur Gaza pemerintah Israel harus menaikan upah antara 7.500 hingga 17.000 per bulan per tentara,” kata kepala ekonom Departemen Keuangan Israel, Shmuel Abramzon.
Akan tetapi imbas kenaikan upah, anggaran pengeluaran militer Israel per tahun 2024 mengalami pembengkakan.
Tembus mencapai 582 miliar shekel atau sekitar 155 miliar dolar AS.
Angka tersebut melonjak tajam bila dibandingkan dengan anggaran tahun lalu sebelum perang pecah.
Dimana per Mei 2023 Kementerian keuangan Israel hanya menganggarkan biaya belanja perlengkapan militer sebanyak 70 miliar shekel atau 19 miliar dolar AS.
Baca juga: Netanyahu Sibuk Gempur Gaza, Ekonomi Israel Jeblok, Lebih Parah daripada Perkiraan Pakar
Ekonomi Israel Anjlok 19 Persen
Selain memicu pembengkakan anggaran, perang juga membuat ekonomi Israel merosot 19,4 persen pada kuartal IV 2023 dibandingkan kuartal sebelumnya.
Menurut data, perekonomian Israel hanya tumbuh dua persen sepanjang tahun 2023, dibandingkan dengan pertumbuhan 6,5 persen pada tahun 2022.
Hingga Bank Sentral Israel terpaksa memangkas perkiraan pertumbuhan PDB tahun ini menjadi 2 persen, dari perkiraan sebesar 3 persen.