TRIBUNNEWS.COM -- Ukraina mengklaim sebanyak 444.370 tentara telah gugur di medan pertempuran semenjak awal invasi besar-besaran pada 24 Februari 2022.
Berdasar data Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina yang dikutip Kyiv Independent termasuk 710 pasukan yang dieliminasi dalam sehari terakhir.
Selain itu, Rusia juga telah kehilangan 7.009 tank, 13.368 kendaraan tempur lapis baja, 14.813 kendaraan dan tangki bahan bakar, 11.142 sistem artileri, 1.025 sistem peluncuran roket ganda, 745 sistem pertahanan udara, 347 pesawat terbang, 325 helikopter, 8.796 drone, 26 kapal dan perahu, dan satu kapal selam.
Baca juga: Rusia Ngadu ke DK PBB usai Israel Bunuh 2 Jenderal Iran dan 9 Orang di Damaskus
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu beberapa kali mengatakan bahwa serdadu Volodymyr Zelensky yang tewas melebihi 400 ribu, membantah klaim Zelensky kalau anak buahnya yang tewas hanya 31.000 orang saja.
Kemenhan Rusia, seperti diberitakan TASS merilis data pasukan Moskow telah menghancurkan lebih dari 20.500 kendaraan bermotor militer khusus sejak dimulainya operasi militer khusus di Ukraina, Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan pada hari Selasa.
“Secara keseluruhan, target-target berikut telah dihancurkan sejak dimulainya operasi militer khusus: 581 pesawat, 270 helikopter, 18.374 kendaraan udara tak berawak, 495 sistem rudal permukaan-ke-udara, 15.680 tank dan kendaraan tempur lapis baja lainnya, 1.261 roket ganda. peluncur, 8.629 senjata artileri lapangan dan mortir serta 20.530 kendaraan bermotor militer khusus,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Shoigu menjelaskan, Pasukan Ukraina telah kehilangan lebih dari 80.000 tentara sejak awal tahun ini.
Sementara militer Rusia terus mengurangi “potensi tempur musuh.”
Ia menambahkan, lebih dari 14.000 perangkat keras militer juga telah dihancurkan oleh pasukan Rusia sejak Januari, termasuk 1.200 tank dan kendaraan tempur lapis baja lainnya.
Pada periode yang sama, Moskow telah membebaskan sekitar 403 kilometer persegi wilayah baru Rusia, kata Shoigu dalam konferensi telepon dengan pimpinan militer negara tersebut.
"Meskipun Kiev kurang berhasil di medan perang, kepemimpinan Ukraina masih berusaha meyakinkan negara-negara Barat yang mendukungnya mengenai kemampuannya melawan Tentara Rusia,” katanya dikutip Russia Today.
Untuk melakukan hal tersebut, Kiev telah melakukan terorisme dan serangan jarak jauh di wilayah Rusia, yang menargetkan penduduk sipil, tambah menteri tersebut.
“Angkatan bersenjata kami bereaksi secara asimetris terhadap kejahatan yang dilakukan oleh militan Ukraina,” kata menteri pertahanan.
Pada bulan Maret saja, militer Rusia melakukan 190 serangan kelompok dan dua serangan besar-besaran terhadap Ukraina menggunakan senjata presisi dan kendaraan udara tak berawak, yang menargetkan fasilitas infrastruktur militer dan energi negara tersebut, tambahnya.
Bulan lalu, Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa militer Ukraina telah kehilangan total 444.000 personel sejak pecahnya konflik pada Februari 2022, termasuk 166.000 personel selama serangan balasan musim panas yang gagal tahun lalu.
Sementara mantan Jaksa Agung Ukraina Yuri Lutsenko beberapa waktu lalu mengatakan bahwa Zelensky tidak bakalan mengungkap korban sebenarnya pada peperangan tersebut.
“Jika warga Ukraina mengetahui jumlah korban sebenarnya dari perang tersebut, mereka akan benar-benar memahami bahwa tentara Ukraina sedang menghadapi kekurangan tenaga kerja, dan kemudian semua diskusi mengenai mobilisasi kekuatan baru akan terselesaikan,” kata Lutsenko dikutip dari RIA Novosti.