TRIBUNNEWS.COM - Presiden AS Joe Biden akhirnya menyerukan gencatan senjata segera di Gaza melalui panggilan telepon dengan PM Israel Benjamin Netanyahu.
Dilansir Guardian, Biden mengatakan kepada Netanyahu bahwa dukungan Amerika di masa depan untuk Israel akan bergantung pada tindakan nyata yang diambilnya untuk melindungi warga sipil dan pekerja bantuan.
Pada Kamis (4/4/2024), kedua pemimpin tersebut melakukan panggilan telepon pertama mereka sejak serangan udara Israel yang menewaskan tujuh karyawan badan amal pangan internasional World Central Kitchen (WCK).
Biden untuk pertama kalinya mengeluarkan tegurannya yang paling keras terhadap Israel sejak awal perang.
Dalam percakapan yang berlangsung kurang dari 30 menit itu, Biden menjelaskan perlunya Israel mengumumkan dan menerapkan serangkaian langkah spesifik, konkrit dan terukur untuk mengatasi kerugian sipil, penderitaan kemanusiaan dan keselamatan pekerja bantuan.
“Presiden menjelaskan bahwa kebijakan AS sehubungan dengan Gaza akan ditentukan oleh penilaian kami terhadap tindakan segera Israel terhadap langkah-langkah ini," ungkap Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Biden juga mengatakan bahwa gencatan senjata segera sangat penting dan mendesak Israel untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas tanpa penundaan, tambah Gedung Putih.
Investigasi Tewasnya Staf World Central Kitchen (WCK)
Sebelumnya, WCK meminta Australia, Kanada, Polandia, Amerika Serikat dan Inggris, yang warganya tewas dalam serangan udara Israel, untuk bergabung dalam penyelidikan independen atas insiden tersebut.
“Ini adalah serangan militer yang melibatkan banyak serangan dan menargetkan tiga kendaraan WCK,” kata badan amal tersebut dalam sebuah pernyataan.
“Ketiga kendaraan tersebut membawa warga sipil; mereka memiliki tanda sebagai kendaraan WCK; dan pergerakan mereka sepenuhnya mematuhi otoritas Israel, yang mengetahui rencana perjalanan, rute, dan misi kemanusiaan mereka."
“Investigasi independen adalah satu-satunya cara untuk menentukan kebenaran atas apa yang terjadi, memastikan transparansi dan akuntabilitas bagi mereka yang bertanggung jawab, dan mencegah serangan di masa depan terhadap pekerja bantuan kemanusiaan.”
Baca juga: Hamas Ajukan Beberapa Syarat untuk Gencatan Senjata Termasuk Penarikan Mundur Tentara Israel
Komentar Biden juga diikuti oleh Menteri Luar Negerinya, Antony Blinken.
Blinkn mengatakan dukungan AS akan dibatasi jika Israel gagal menyesuaikan perilakunya.
“Jika kami tidak melihat perubahan yang perlu kami lihat, maka akan terjadi perubahan dalam kebijakan kami,” kata Blinken kepada wartawan di Brussels.
“Saat ini, tidak ada prioritas yang lebih tinggi di Gaza selain melindungi warga sipil, meningkatkan bantuan kemanusiaan, dan memastikan keamanan bagi mereka yang memberikan bantuan. Israel harus menghadapi momen ini,” katanya.
AS telah memberikan bantuan militer dan dukungan diplomatik yang penting untuk Israel selama hampir enam bulan ini.
Dukungan terhadap kemampuan Israel untuk mempertahankan diri telah menjadi landasan kebijakan luar negeri AS selama lebih dari setengah abad.
Hingga saat ini belum ada indikasi bahwa AS siap untuk mempersyaratkan – apalagi menahan – bantuan militer.
Departemen Luar Negeri baru-baru ini menyetujui pengiriman 1.800 bom MK-84 seberat 907 kg ke Israel, dan keputusan tersebut dilaporkan diambil pada hari serangan WCK.
Perundingan Gencatan Senjata
Sementara itu, pejabat Hamas Osama Hamdan mengatakan tidak ada kemajuan dalam perundingan gencatan senjata di Gaza meski kelompok Palestina menunjukkan fleksibilitasnya.
“Negosiasi terjebak dalam lingkaran setan,” kata Hamdan.
Lebih dari 33.000 warga Palestina tewas dalam perang tersebut, kata pejabat medis Gaza.
Hamas mengatakan 6.000 pejuangnya termasuk di antara korban jiwa.
Para pejabat Israel mengatakan jumlah korban tewas pejuang Palestina lebih dari dua kali lipat jumlah tersebut.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)