Israel Tutup 28 Kedutaannya di Seluruh Dunia, Staf Diplomatik Bahkan Tak Boleh ke Luar Rumah
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Israel dilaporkan memutuskan untuk menutup sementara 28 markas diplomatiknya di berbagai belahan dunia.
Tindakan ini menyusul peringatan keamanan dan kekhawatiran akan serangan balasan yang potesial dilancarkan Iran pasca-pemboman oleh Israel terhadap kedutaan Iran di Damaskus, Suriah.
Serangan Israel ke Damaskus pada Senin (1/4/2024) itu menewaskan sejumlah pejabat tinggi dan sejumlah perwira militer senior Pasukan Quds dari unit elite Garda Revolusi Iran IRGC.
Baca juga: Israel Menanti Balasan Iran: Libur Tentara Dibatalkan, Aktifkan Sistem Jamming GPS di Seluruh Area
Langkah ini menyusul tindakan yang sudah dilakukan srael dengan mengevakuasi 7 misi diplomatiknya di Mesir, Yordania, Bahrain, Maroko, Turki (Ankara dan Istanbul), Selain Turkmenistan.
"Setelah Israel menyerang Kedutaan Besar Iran di Damaskus, semua misi Israel di seluruh dunia dinyatakan dalam siaga tinggi," menurut surat kabar Yedioth Ahronoth.
Staf Kedutaan Bahkan Dilarang ke Luar Rumah
Surat kabar tersebut mengatakan, di beberapa negara, protokol keamanan yang dikeluarkan oleh otoritas Israel sangat ketat.
Begitu ketatnya, sampai-sampai staf kedutaan Israel dilarang meninggalkan rumah, bahkan ke gedung olahraga atau toko terdekat
Surat kabar tersebut mengutip sumber-sumber di Kementerian Luar Negeri Israel yang mengatakan: “Lebih dari sekali, kami terpaksa mendeportasi beberapa diplomat (Israel) ke luar negara tempat mereka bekerja karena adanya peringatan dan bahaya.”
Di beberapa negara, para utusan Israel diinstruksikan untuk tidak pergi ke tempat-tempat tertentu yang diketahui berafiliasi atau mendukung Israel atau tempat-tempat yang biasa dikunjungi oleh orang Israel.
Diplomat Israel: Ini Mengerikan, Kami Sudah Terekspos
Para diplomat diinstruksikan untuk meningkatkan kewaspadaan, serta "menghentikan" rutinitas, mengubah rute, dan mengurangi pergerakan.
“Ini benar-benar menakutkan,” kata seorang diplomat Israel yang bekerja di luar negeri.
“Kami tidak tahu ke mana arahnya. Tidak ada keraguan bahwa kami sudah terekspos.”
Salah satu diplomat menyatakan, "Sejak tanggal 7 Oktober, setiap langkah dan setiap gerakan yang kami ambil memerlukan persetujuan terlebih dahulu. Bahkan ada beberapa area di pusat kota yang dilarang untuk kami masuki karena takut bertemu dengan demonstran atau elemen yang bermusuhan."
Netanyahu dan Iran Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Kamis malam kalau Israel akan menyerang siapa pun yang menyerang atau berencana melakukan hal tersebut terhadap Israel.
Pernyataannya muncul setelah tentara Israel, yang mengobarkan perang di Jalur Gaza dan Lebanon, mengumumkan kalau mereka akan berhenti memberikan izin kepada semua unit tempur sehari setelah mengumumkan mobilisasi lebih banyak pasukan di unit pertahanan udara sebagai persiapan menghadapi serangan balasan Iran.
Baca juga: Israel Menanti Balasan Iran: Libur Tentara Dibatalkan, Aktifkan Sistem Jamming GPS di Seluruh Area
Iran Belum Mau Perang Meluas
Kemungkinan Iran membalas serangan udara yang dilancarkan Israel terhadap Kedutaan Besar Iran di Damaskus pada Senin meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perang yang lebih luas, namun dua sumber Iran mengatakan bahwa tanggapan Teheran akan “diperhitungkan” untuk menghindari eskalasi.
Netanyahu mengatakan pada awal pertemuan kabinet keamanan pada Kamis malam:
“Selama bertahun-tahun, Iran telah bekerja melawan kami secara langsung, dan melalui agen-agennya, dan kemudian Israel akan bertindak melawan Iran dan agen-agennya, dalam pertahanan dan serangan.”
Dia menambahkan: “Kami akan tahu bagaimana membela diri, dan kami akan bertindak berdasarkan prinsip sederhana bahwa kami akan menyakiti mereka yang menyakiti kami atau berencana untuk menyakiti kami.”
Washington Sangat Mendukung Israel Hadapi Iran
Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden berbicara dengan Netanyahu, dan mereka membahas ancaman Iran. Washington mengatakan Biden menegaskan bahwa Amerika sangat mendukung Israel dalam menghadapi ancaman ini.
Wartawan Reuters dan penduduk di Tel Aviv mengatakan pada Kamis bahwa layanan GPS telah terganggu, sebuah tindakan yang tampaknya bertujuan untuk menetralisir peluru kendali.
Pemboman Israel terhadap kedutaan Iran di Damaskus merupakan salah satu operasi paling menonjol yang menargetkan kepentingan Iran di Suriah, sekutu dekat Teheran.
Israel telah melancarkan perang di Jalur Gaza selama enam bulan, setelah gerakan Hamas memimpin serangan terhadap Israel selatan pada 7 Oktober. Israel juga hampir setiap hari melakukan baku tembak dengan kelompok Hizbullah yang bersekutu dengan Iran di Lebanon.
Kelompok "Houthi" Yaman, yang bersekutu dengan Teheran, meluncurkan rudal jarak jauh ke pelabuhan Eilat Israel dari waktu ke waktu, tetapi tanpa mengenai apa pun atau Israel mengumumkan kerugian apa pun.
Pilihan Iran Sejauh ini, Iran menghindari keterlibatan langsung dalam konflik tersebut, sambil mendukung serangan sekutunya terhadap sasaran Israel dan Amerika.
Menurut Reuters, Teheran mempunyai sejumlah pilihan, yaitu dengan mengerahkan proksi bersenjata lengkapnya di Suriah dan Irak untuk melemahkan pasukan Amerika, atau menggunakan Hizbullah untuk menyerang Israel secara langsung atau mengintensifkan program pengayaan uraniumnya, yang mengancam produksi bom nuklir, yang merupakan bahaya yang selalu ada, dan Amerika Serikat serta sekutunya berusaha menghindarinya.
Baca juga: Mata Balas Mata, Menakar Serangan Balasan Iran ke Israel, Nuklir Jadi Cara Pamungkas Dramatis?