TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Hizbullah mengatakan Operasi Badai Al-Aqsa atau Banjir Al-Aqsa telah membuat rezim zionis Israel berada “di ambang kepunahan”.
Di samping itu, operasi yang dilakukan oleh Hamas itu membuat proyek Zionis di wilayah Palestina terkena pukulan telak dan tak bisa diperbaiki lagi.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mengklaim Operasi Badai Al-Aqsa mengguncang fondasi rezim Israel.
Klaim itu disampaikan Nasrallah dalam pidato di televisi pada hari Rabu, (3/4/2024).
Dikutip dari Press TV, dia menyebut apa yang terjadi di Palestina, Timur Tengah, dan dunia ialah banjir dalam arti sebenarnya.
Kata dia, tidak ada seorang pun di wilayah pendudukan Israel yang berbicara lagi tentang “proyek Israel raya”.
Nasrallah berujar hal itu merupakan salah satu pencapai dalam operasi Hamas tanggal 7 Oktober 2023 silam.
Dia turut menyinggung operasi anti-Israel di Lebanon dan Gaza yang memaksa penarikan mundur Israel dari Lebanon selatan dan Gaza pada tahun 2000-an.
Pemimpin Hizbullah itu memuji keberanian dan kreativitas perjuangan Palestina.
Selain itu, dia turut memuji operasi anti-Israel yang dilakukan oleh kelompok perlawanan di Yaman, Irak, dan Lebanon.
Menurut dia, kelompok itu telah bersikap gigih meski mendapat ancaman dan tekanan.
Baca juga: Populer Internasional: Ali Khamenei Ancam Serang Balik Israel - Drone Sasar Pangkalan Udara Ashdod
Nasrallah menegaskan dukungan Iran kepada Poros Perlawanan di Gaza, Tepi Barat yang diduduki, Lebanon, Yaman, dan Irak.
Tak lupa, Nasrallah menyoroti perjuangan di Suriah. Dia mengatakan semua pengeboman, ancaman, dan intimidasi selama beberapa bulan terakhir tidak mengubah sikap dukungan Suriah kepada kelompok perlawanan.
Kelompok perlawanan Irak terus lawan AS
Dalam acara yang sama di televisi, Sekretaris Jenderal Gerakan Al-Nujuba Irak, Sheikh Akram Al-Kabbi, berujar bahwa perlawanan Irak adalah unsur penting dalam Poros Perlawanan.
Kata Al-Kabbi, Nujaba telah berhasil menyerang pangkalan-pangkalan militer Israel di Dataran Tinggi Golan dan target penting di dekat Laut Mati, Ashdod, Haifa, dan Pelabuhan Eilat.
Menurutnya, Poros Perlawanan juga berhasil menantang hegemoni Amerika Serikat (AS) meski dengan kekuatan yang terbatas.
Kaabi menuding AS dan Israel menargetkan wanita dan anak-anak di Gaza dengan semua jenis bom. Namun, hal itu tak mampu membuat mereka bertekuk lutut.
Dia mengatakan kelompok perlawanan Irak tidak akan mengabaikan peran AS yang menjadi pendukung utama rezim Israel.
Kelompok itu, kata dia, akan terus melawan pendudukan AS di Irak.
Khamenei: Israel akan terima tamparan di muka
Sementara itu, pemimpin Revolusi Islam di Iran, Imam Sayyed Khamenei, berjanji bahwa nantinya rezim Israel akan menerima tamparan di muka.
Baca juga: Negaranya Membela Palestina, Ribuan Warga Rusia Berperang Untuk Israel
Dia juga mengatakan dunia Islam nantinya akan merayakan kehancuran entitas Zionis.
Dalam pidatonya kepada para pejabat Iran itu, Khamenei mengklaim serangan Israel yang menewaskan jenderal Iran di Suriah awal pekan ini gagal menyelamatkan Israel dari kekalahannya di Gaza.
“Upaya pengecut dari rezim Zionis seperti yang mereka lakukan di Suriah tidak akan menyelamatkan mereka dari kekalahan. Sudah pasti nantinya mereka akan menerima tamparan di muka atas upaya itu,” katanya dikutip dari Al Manar TV.
“Kekalahan rezim Zionis di Gaza akan berlanjut dan rezim ini akan mendekati kemuduran dan keruntuhan,” katanya menambahkan.
Khamenei mengatakan selama enam bulan terakhir rezim Zionis telah menderita dua kekalahan besar.
Yang pertama terjadi pada tanggal 7 Oktober 2023 saat Operasi Banjir Al-Aqsa.
Adapun yang kedua ialah kegagalan Zionis mencapai tujuannya dalam perang di Gaza seperti yang sudah mereka sampaikan sebelumnya.
Kata Khamenei, besarnya kejahatan yang dilakukan Israel di Gaza itu “belum pernah terjadi dalam sejarah”.
Bahkan, besarnya kejahatan itu memunculkan kegemparan di antara orang-orang yang dibesarkan dalam budaya Barat.
Israel takut Iran gunakan milisi Syiah
Israel mulai waspada setelah membunuh komandan senior pasukan elite Quds, Reza Zahedi, dalam serangan udara di Gedung Konsulat Iran di Suriah.
Baca juga: Hizbullah Bombardir Markas Komando Brigade Liman Israel di Jal Al Alam, Rudal Suriah Sasar Golan
Kematian Zahedi itu membuat Iran naik pitam. Negara para mullah itu kemudian bersumpah akan membalas serangan Israel.
Setelah muncul ancaman Iran itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mulai menganalisis situasi saat ini.
Juru bicara IDF mengatakan pihaknya kini merekrut tentara cadangan untuk mengurus sistem pertahanan udara.
Dilansir dari Walla, sebelumnya IDF telah meningkatkan level kewaspadaan di Israel utara dan di sekitar Kota Eliat.
Para personel cadangan yang sudah pernah dikerahkan pada awal perang di Jalur Gaza itu ditelepon oleh IDF.
IDF takut bahwa Iran akan berupaya menggunakan milisi Syiah di Irak, Yaman, Suriah, dan bahkan Lebanon.
Milisi itu bisa meluncurkan roket, rudal, dan pesawat nirawak ke wilayah Israel.
(Tribunnews/Febri)