TRIBUNNEWS.COM - Di tengah kemungkinan pecahnya perang melawan Israel, Iran diyakini sudah memiliki cukup uranium untuk membuat beberapa senjata nuklir.
Pada bulan Januari lalu Direktur Badan Tenaga Atom Internasional, Rafael Grossi, mengatakan Iran tidak punya masalah teknis dalam pembuatan bom nuklir.
Grossi menyebut Iran bisa membuat bom senjata nuklir jika negara itu memang menginginkannya.
Selama beberapa tahun terakhir, kelompok garis keras di Iran mendesak Iran untuk mencontoh Korea Utara.
Kelompok itu percaya bahwa kekuatan nuklir yang dimiliki Iran akan mampu dipertahankan meski nantinya ada tekanan dari negara lain.
Sementara itu, ekonom Richard W. Rahn dalam tulisannya di Washington Times pada bulan Februari lalu mengatakan Iran barangkali sudah memiliki lima senjata nuklir.
Kata Rahn, bisa jadi jumlah senjata nuklir Iran sudah meningkat menjadi selusin pada bulan Mei 2024.
Pada bulan Oktober 2023 beberapa intelijen memperkirakan Iran sudah memiliki cukup uranium yang weapon-grade untuk membuat satu bom dalam sepekan.
Uranium itu bahkan cukup untuk membuat lima bom nuklir dalam enam pekan.
Adapun saat ini sudah bulan April 2024 atau sudah hampir enam bulan sejak data intelijen itu diungkapkan.
Pakar nuklir bernama David Albert pada bulan Januari lalu menyebutkan bahwa Iran butuh waktu sekitar satu minggu untuk mengayakan uranium guna membuat senjata atom pertamanya.
Baca juga: Iran Diklaim Tak akan Balas Serangan Israel jika AS Amankan Gencatan Senjata di Gaza
"Kenyataan yang mengecewakan ialah bahwa Iran sudah tahu cara membuat senjata nuklir, meski ada beberapa pekerjaan yang belum selesai yang terkait dengan pembuatan senjata nuklir," kata Albright dikutip dari Iran International.
"Iran bisa dengan cepat membuat uranium yang cukup weapon-grade (memenuhi standar untuk senjata) untuk membuat banyak senjata nuklir, sesuatu yang tidak bisa dilakukan Iran tahun 2003," katanya menambahkan.
Albert menyebut Iran bisa memiliki cukup uranium weapon-grade untuk membuat enam senjata nuklir dalam satu bulan.
"Setelah lima bulan menghasilkan uranium weapon-grade, Iran bisa punya cukup uranium untuk membuat 12 senjata nuklir."
Di sisi lain, Israel yang menjadi musuh besar Iran berusaha menggagalkan proyek nuklir Iran.
Jika Iran memiliki banyak senjata nuklir, itu bisa berarti kiamat bagi negara Zionis.
Israel bersiap hadapi serangan Iran
Perang antara Iran dan Israel berpotensi meletus setelah Israel menyerang Gedung Kedutaan Iran di Damaskus, Suriah, awal pekan ini.
Serangan itu menewaskan beberapa orang, termasuk jenderal Iran yang bernama Mohammad Reza Zahedi. Iran kemudian berjanji akan membalas serangan Israel itu.
Di sisi lain, Israel kini bersiap menghadapi kemungkinan serangan yang dijanjikan Iran.
Israel dikabarkan mulai mengevakuasi para staf kedutaan besarnya di seluruh dunia.
Baca juga: Ranking Militer Israel Ternyata di Bawah Iran, Warga Israel Panic Buying di Ambang Perang
Media besar Israel bernama Yedioth Ahronot mengatakan sudah ada tujuh kedutaan Israel yang dievakuasi.
Di antaranya ialah kedutaan Israel di Bahrain, Mesir, Yordania, Maroko, dan Turki.
Sementara itu, narasumber yang didapatkan oleh The Jerusalem Post mengatakan semua kedutaan Israel di seluruh dunia kini dalam siaga tinggi setelah muncul ancaman dari Iran.
Beberapa duta besar juga diminta untuk tidak tampil dalam acara publik dengan alasan keamanan.
Sementara itu, warga Israel mulai dilanda panic buying di tengah ancaman Iran.
Dikutip dari Express Daily, mereka menyerbu supermarket dan menimbun bahan makanan.
Video-video yang beredar di media sosial memperlihatkan warga Israel bergegas menuju supermarket guna mendapatkan barang-barang penting.
Beberapa video bahkan memperlihatkan rak-rak di supermarket sudah kosong karena barang ludes terjual.
Adapun bank-bank di Israel sudah diminta untuk bersiap akan adanya penarikan uang besar-besaran dari mesin ATM.
Selain itu, Bank Sentral Israel sudah memberikan saran kepada lembaga keuangan untuk bersiap akan skenario seperti itu.
Komando Dalam Negeri Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berusaha menenangkan warga Israel.
IDF mengatakan warga Israel tidak perlu membeli genset listrik dan persediaan makanan secara besar-besaran.
(Tribunnews/Febri)