News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ahli Meteorologi Peringatkan Potensi Perang Cuaca Antar Negara Usai Banjir di Dubai

Editor: willy Widianto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kendaraan melewati hujan lebat di jalan raya Sheikh Zayed Road di Dubai, Uni Emirat Arab, Selasa, 16 April 2024. Hujan lebat melanda Uni Emirat Arab pada hari Selasa, membanjiri sebagian jalan raya utama dan meninggalkan kendaraan terbengkalai di jalan raya melintasi Dubai. Sementara itu, jumlah korban tewas dalam banjir besar di negara tetangga Oman meningkat menjadi 18 orang dan lainnya masih hilang saat kesultanan bersiap menghadapi badai tersebut. (AP Photo/Jon Gambrell)

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Ahli meteorologi memperingatkan akan adanya potensi perang cuaca antar negara menyusul banjir yang melanda Dubai dan dianggap disebabkan oleh penyemaian awan dengan konsekuensi bencana.

Banjir di Dubai menimbulkan kekhawatiran mengenai manipulasi curah hujan secara artifisial. Ahli Meteorologi Senior dari Perusahaan Teknologi Lingkungan KISTERS, Johan Jaques memperingatkan mungkin ada konsekuensi yang tidak diinginkan jika menggunakan teknologi yang relatif baru tersebut, karena bisa berpotensi menyebabkan ketidakstabilan diplomatik.

“Setiap kali kita mengganggu pola curah hujan alami, kita memicu rangkaian peristiwa yang tidak dapat kita kendalikan,” katanya dikutp dari Daily Mail, Jumat(19/4/2024).

Kata Johan, intervensi terhadap cuaca memunculkan dampak buruk, sebab perubahan cuaca di satu negara mungkin dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan seperti bencana di negara lain. Apalagi cuaca tidak mengenal batas-batas internasional.

"Cuaca ekstrem, dan kekhawatiran terhadap perubahan iklim serta kemungkinan manipulasi, telah mendapat perhatian dalam beberapa hari terakhir karena banjir di Dubai menyebabkan gangguan luas dan kerusakan infrastruktur," ujarnya.

Diketahui, Dubai di Uni Emirat Arab minggu ini dilanda banjir besar yang membanjiri bandara dan banyak jalan di sekitarnya, memaksa puluhan penerbangan dibatalkan karena para pelancong berdesakan di ruang tunggu untuk berlindung dari hujan lebat.

Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan bagaimana mobil terisi air, memaksa ratusan pengendara meninggalkan kendaraannya dan berenang ke tempat aman.

Kerusakan di kawasan ini disebabkan oleh hujan deras yang tiba-tiba, dengan curah hujan lebih dari 142 mm di Dubai hanya dalam waktu 24 jam atau jumlah yang diperkirakan akan terjadi dalam setahun.

Pergeseran cuaca yang aneh ini memicu kekhawatiran mengenai penyemaian awan, sebuah proses yang digunakan sejak tahun 1940-an di mana pesawat yang dilengkapi dengan suar khusus melepaskan garam ke awan untuk mendorong curah hujan.

Meski para pejabat membantah peran penyemaian awan dalam banjir minggu ini, UEA telah menggunakan penyemaian awan untuk mendorong curah hujan sejak tahun 1990an.

Johan Jaques mengatakan bahwa curah hujan tinggi yang disebabkan oleh penyemaian awan dapat menyebabkan aliran berlebih yang berpotensi menimbulkan banjir bandang.

“Banjir di Dubai merupakan peringatan nyata akan konsekuensi yang tidak diinginkan yang dapat kita timbulkan jika kita menggunakan teknologi tersebut untuk mengubah cuaca. Selain itu, kita hanya mempunyai sedikit kendali atas dampak dari penyemaian awan (cloud seeding). Di manakah tepatnya hujan akan turun secara efektif?," kata Johan.

Menurut Johan menggunakan teknik seperti penyemaian awan untuk mendatangkan curah hujan yang sangat dibutuhkan di satu wilayah dapat menyebabkan banjir bandang dan kekeringan di wilayah lain.

“Setiap kali kita mengganggu pola curah hujan alami, kita memicu rangkaian peristiwa lain yang tidak dapat kita kendalikan,” tambahnya.

Sementara itu Ahmed Habib, Ahli Meteorologi di Pusat Meteorologi Nasional (NCM) UEA, mengatakan kepada Bloomberg bahwa beberapa penyemaian awan dilakukan beberapa hari sebelum curah hujan belum pernah terjadi sebelumnya.

Spekulasi tentang penggunaan penyemaian awan kemudian menyebabkan hujan dan banjir dibantah NCM. Kata Ahmed penyemaian garam di awan tidak dilakukan pada hari Selasa atau beberapa jam sebelum badai dan hujan besar terjadi di Dubai, namun ia mengatakan bahwa operasi penyemaian awan tersebut dilakukan pada hari Minggu dan Senin.

Maarten Ambaum, seorang profesor fisika dan dinamika atmosfer di Universitas Reading, menyatakan bahwa meskipun penyemaian awan dapat digunakan untuk menghasilkan hujan, biasanya tidak akan terjadi badai yang sangat parah seperti yang terjadi di Dubai.

"Pada tahun 50an dan 60an, orang masih berpikir untuk menggunakan penyemaian awan untuk menghasilkan peristiwa cuaca besar ini, atau mengubah peristiwa cuaca besar ini. Hal ini [telah] lama dianggap sebagai kemungkinan yang tidak realistis," katanya.

Giles Harrison, Profesor Fisika Atmosfer di Universitas Reading, mengatakan UEA memang melakukan operasi penyemaian awan, namun ada perbedaan besar antara awan yang menjadi target penyemaian dengan bahan penyemaiannya.

Para ahli juga mencatat kemungkinan dampak perubahan iklim terhadap pola cuaca yang intens di UEA menjadi salah satu penyebabnya.

Dim Coumou, seorang profesor iklim ekstrem di Vrije Universiteit Amsterdam, mengatakan curah hujan akibat badai petir, seperti yang terjadi di UEA dalam beberapa hari terakhir, mengalami peningkatan yang kuat seiring dengan pemanasan global.

'Hal ini karena adanya konveksi yang merupakan aliran udara ke atas yang kuat saat terjadi badai petir, akan menguat di dunia yang lebih hangat," katanya.(Daily Mail/Bloomberg/Reuters)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!

Berita Populer

Berita Terkini