TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) berencana menjatuhkan sanksi terhadap batalion Netzah Yehuda yang merupakan bagian dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Media AS, Axios, mengatakan batalion Netzah Yehuda Israel yang beroperasi di Tepi Barat dilaporkan atas pembunuhan warga Palestina tanpa alasan yang jelas.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menanggapi berita itu dengan membela batalion Netzah Yehuda.
“Jika ada yang percaya bahwa dia dapat menjatuhkan sanksi pada batalion mana pun di IDF, saya akan menghadapi mereka dengan sekuat tenaga," kata Netanyahu melalui akun media sosial X, Senin (22/4/2024).
Sementara itu, IDF membenarkan batalion Netzah Yehuda adalah batalion tempur aktif dan mengklaim mereka beroperasi sesuai prinsip hukum internasional.
"Setelah apa yang dipublikasikan tentang pengenaan sanksi terhadap batalion tersebut, tentara tidak mengetahui masalah ini. Jika keputusan dibuat mengenai hal ini, maka akan ditinjau," kata IDF dalam pernyataannya, Senin.
"Tentara sedang bekerja dan terus bekerja untuk menyelidiki setiap kejadian yang tidak biasa dengan cara yang praktis dan sesuai dengan hukum," lanjutnya, dikutip dari Anadolu.
Batalion Netzah Yehuda
Batalion Netzah Yehuda adalah bagian dari IDF yang didirikan pada 1999 sebagai batalion militer khusus untuk Yahudi ultra-Ortodoks.
Seluruh tentara dan perwira Netzah Yehuda adalah laki-laki.
Sebelumnya, Netzah Yehuda bernama Nahal Haredi, yang merupakan bagian dari Brigade Kfir.
Netzah Yehuda memungkinkan pria Yahudi Haredi untuk bertugas sebagai tentara tempur di militer sambil menjunjung tinggi keyakinan agama mereka.
Baca juga: Lawan AS, Netanyahu Bakal Menentang Sanksi atas Dugaan Pelanggaran HAM oleh Militer Israel
Yahudi Haredi adalah penganut Yahudi Ortodoks.
Saat ini, Netzah Yehuda memiliki lebih dari 1.000 tentara.
Batalion Netzah Yehuda menjadi tujuan para pemukim ekstremis sayap kanan yang belum diterima di batalion tempur lain mana pun di tentara Israel.
Batalion ini mengandalkan sistem perekrutan sukarela dari berbagai latar belakang seperti ultra-ortodoks, Zionis religius, keluarga Chardal, dan sukarelawan dari luar negeri.
Selain itu, hanya istri tentara dan perwira Netzah Yehuda yang diperbolehkan berada di antara pangkalan militernya untuk mempertahankan segreasi gender serta mencegah interaksi yang dianggap tidak pantas antara laki-laki dan perempuan, dikutip dari The Times India.
Awal Mula AS akan Menghukum Batalion Netzah Yehuda
Investigasi Departemen Luar Negeri AS terhadap Netzah Yehuda dimulai pada 2022.
Mereka meminta kedutaan AS di Israel untuk menyusun laporan tentang sebuah batalion yang disebut menganiaya warga Palestina dan terlibat dalam kematian Omar Assad (80), warga Palestina-AS pada Januari 2022.
Menyusul berita itu, Israel memindahkan batalion Netzah Yehuda dari Tepi Barat ke Dataran Tinggi Golan.
Israel berdalih pemindahan itu tidak ada hubungannya dengan penyelidikan AS dan hanya untuk meningkatkan pengalaman tentara dan perwira batalion Netzah Yehuda.
Baru-baru ini, AS dikabarkan akan menerapkan sanksi terhadap batalion itu.
Penerapan sanksi yang mungkin dijatuhkan kepada batalion Netzah Yehuda akan sesuai dengan Undang-Undang Leahy yang dikeluarkan pada tahun 1997 dan melarang bantuan AS menjangkau batalion keamanan dan tentara yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel