News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Netanyahu Dianggap Gagal, Pemimpin Oposisi Desak PM Mundur, Ikuti Jejak Bos Intelijen Israel

Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan perdana menteri Israel dan pemimpin oposisi Yair Lapid mengadakan konferensi pers tentang anggaran negara yang akan datang, di Tel Aviv pada 16 Mei 2023.

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin oposisi Yair Lapid pada hari Senin (22/4/2024) mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mundur dari posisinya saat ini.

Hal tersebut lantaran Netanyahu dianggap gagal dalam memprediksi serangan pada 7 Oktober 2023.

Permintaan Yair Lapid ini juga menyusul pengunduran diri kepala intelijen militer Israel Mayor Jenderal Aharon Haliva.

Haliva diketahui mengundurkan diri pada Senin (22/4/2024).

Keputusan Haliva disambut baik oleh Lapid.

Namun Lapid meminta Netanyahu melakukan hal yang sama seperti Haliva.

"Pengunduran diri kepala intelijen militer adalah hal yang wajar dan terhormat. Wajar jika Perdana Menteri Netanyahu melakukan hal yang sama,'' tulis Lapid di X, dikutip dari Anadolu Ajansi.

Menurut Channel 13 Israel, dalam sebuah jajak pendapat pada hari Minggu, dua pertiga warga Israel tidak mempercayai klaim Netanyahu bahwa negara mereka hampir mencapai kemenangan dalam perang yang sedang berlangsung di Gaza selama lebih dari enam bulan.

Tidak hanya itu, banyak warga Israel yang juga menuntut segera diadakan pemilu.

Hal tersebut terbukti pada jajak pendapat yang menunjukkan 63 persen responden mendukung diadakannya pemilu dini, sementara 33 persen lebih memilih diadakannya pemungutan suara sesuai jadwal pada Oktober 2026.

Surat Pengunduran Diri Haliva

Haliva merilis surat pengunduran dirinya pada Senin ini.

Baca juga: Gagal Cegah Serangan Hamas, Bos Intelijen Militer Israel Pilih Mundur dari Jabatan

Melalui surat pengunduran dirinya, Haliva menjelaskan alasan ia mengundurkan diri.

“Pada hari Sabtu tanggal 7 Oktober 2023, Hamas melakukan serangan mendadak yang mematikan terhadap negara Israel. Divisi intelijen di bawah komando saya tidak menjalankan tugas yang dipercayakan kepada kami,” ujarnya, dikutip dari Al Jazeera.

"Saya membawa hari kelam itu bersama saya sejak saat itu. Hari demi hari, malam demi malam. Saya akan selamanya menanggung penderitaan perang yang luar biasa," tambahnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini