Israel Siap Serbu Rafah dalam 72 Jam, Tank dan Pasukan IDF Sudah Berbaris di Perbatasan Gaza
TRIBUNNEWS.COM - Media Israel pada Selasa (30/4/2024), mengutip sumber-sumber militer Israel (IDF), melaporkan kalau tentara IDF siap untuk menyerang Rafah di Jalur Gaza selatan dalam waktu 72 jam jika tidak ada kesepakatan mengenai gencatan senjata yang tercapai.
Seperti diketahui, perundingan ekstensif antara delegasi Israel dan Hamas yang bertujuan mencapai gencatan senjata di Gaza masih berlangsung di Mesir.
Baca juga: Eks-Mayor Jenderal IDF: Rafah Bisa Jadi Bencana Buat Israel, Hamas Lagi Siapkan Jebakan Penyergapan
Meski begitu, situs berita Israel Ynet melaporkan, Kepala Staf tentara Israel, Herzi Halevi sudah menyetujui rencana akhir serangan militer di Rafah bersama dengan rencana untuk memindahkan warga sipil ke wilayah di Jalur Gaza tengah.
Situs berita tersebut mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, mengatakan kalau tank dan tentara Israel sudah berbaris di dekat perbatasan Gaza, dan siap menerima lampu hijau untuk memulai serangan.
Ia menambahkan bahwa 48 jam hingga 72 jam ke depan sangat penting dalam mencapai kesepakatan dengan kelompok Hamas atau memulai serangan terhadap Rafah.
Baca juga: Netzarim Membara, Dua Tentara Israel Tewas Kena Tembak Tank Sendiri, Yang Lain Kena Ranjau Al Qassam
Tawaran Israel ke Hamas Sudah Final
Pada hari Senin, media Israel mengatakan delegasi Israel dijadwalkan melakukan perjalanan ke Mesir untuk bertemu dengan pejabat keamanan Mesir mengenai upaya gencatan senjata di Gaza.
Namun, belakangan dilaporkan kalau Israel batal mengirimkan delegasinya ke Kairo dan menyatakan kalau tawaran proposal gencatan senjata dari pihak mereka sudah final, dan mereka menunggu balasan dari pihak Hamas atas usulan gencatan senjata dari mereka.
Baca juga: Kepala Intelijen Mesir Datang ke Israel, Minta Penyerbuan Rafah Ditunda, Hamas Mau 1 Banding 50
Mesir juga mengkonfirmasi pada Senin, kalau ada proposal baru untuk gencatan senjata di Jalur Gaza yang diblokade.
“Ada usulan untuk mencapai gencatan senjata di Gaza,” kata Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Arab Saudi.
Rafah adalah wilayah terakhir yang tersisa di wilayah kantong tersebut di mana Israel belum secara resmi mengumumkan masuknya pasukannya untuk melanjutkan serangan gencar terhadap warga Palestina.
Hamas diperkirakan menyandera lebih dari 130 orang Israel, sementara Tel Aviv menahan lebih dari 9.100 warga Palestina di penjaranya.
Hamas menuntut diakhirinya serangan mematikan Israel di Jalur Gaza dan penarikan pasukan Israel dari wilayah tersebut untuk kesepakatan pertukaran sandera-tahanan dengan Tel Aviv.
Kesepakatan sebelumnya pada November 2023 mencakup pembebasan 81 warga Israel dan 24 warga asing dengan imbalan 240 warga Palestina, termasuk 71 wanita dan 169 anak-anak.
Israel telah melancarkan serangan brutal di Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, yang menurut Tel Aviv menewaskan hampir 1.200 orang.
Hampir 34.500 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 77.600 lainnya terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.
Lebih dari enam bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur, mendorong 85 persen populasi daerah kantong tersebut mengungsi di tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan, menurut PBB.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
(oln/anadolu/*)