TRIBUNNEWS.COM - Inggris rupanya ragu membantu Ukraina melanjutkan peperangannya melawan Rusia di medan tempur.
Bukannya mendorong agar NATO segera mengirim bala bantuan sebanyak-banyaknya untuk melindungi pasukan Ukraina dari gempuran militer Rusia, Inggris malah menyatakan kehadiran pasukan tempur Barat di Ukraina malah dikhawatirkan akan mendorong eskalasi konflik Ukraina-Rusia makin meluas dan memanas.
Pernyataan itu disampaikan Luar Negeri Inggris, David Cameron. Dia mengatakan, 'berbahaya' bagi Barat jika mengirim pasukan NATO ke Ukraina.
Karena itu, David Cameron cenderung menentang pengiriman tentara negara-negara NATO ke Ukraina untuk berperang melawan tentara Rusia.
Dia melontarkan komentar tersebut di tengah seruan beberapa pemimpin Uni Eropa agar lebih terlibat langsung dalam konflik tersebut.
Berbicara kepada Sky News pada hari Jumat, David Cameron mengatakan Inggris akan terus memasok senjata ke Kiev dan fokus pada pengisian kembali persediaan senjatanya sendiri “sebagai prioritas nasional.”
“Tetapi saya tidak akan menempatkan tentara NATO di negara ini karena saya pikir hal itu bisa menjadi eskalasi yang berbahaya,” tambah perdana menteri. “Kami telah melatih – menurut saya – hampir 60.000 tentara Ukraina.”
Pekan ini, Presiden Prancis Emmanauel Macron sekali lagi menolak mengesampingkan kemungkinan penempatan pasukan di Ukraina.
Baca juga: 1.000 Pasukan AS Menyingkir, Rusia Rebut Pangkalan Militer Dekat Bandara Niger
“Kita tidak boleh mengesampingkan apapun karena tujuan kita adalah Rusia tidak boleh menang di Ukraina,” katanya kepada Economist.
Macron berpendapat bahwa pertanyaan mengenai penerapan NATO di lapangan dapat muncul “jika Rusia menerobos garis depan” dan jika Kiev meminta bantuan.
Pejabat tinggi Eropa lainnya juga melontarkan gagasan pengerahan pasukan, dengan beberapa pihak berpendapat bahwa aliansi militer pimpinan AS dapat mengirimkan pasukan ranjau dan personel non-tempur lainnya.
Baca juga: Tok! AS Terbitkan Paket Sanksi Baru ke Perusahaan China yang Pasok Senjata ke Rusia
“Kehadiran pasukan NATO di Ukraina bukanlah hal yang tidak terpikirkan,” kata Menteri Luar Negeri Polandia Radoslaw Sikorski kepada wartawan pada bulan Maret.
Namun, negara-negara NATO lainnya, terutama Hongaria dan Slovakia, telah menentang eskalasi lebih lanjut.
“Jika seorang anggota NATO mengerahkan pasukan darat, itu akan menjadi konfrontasi langsung NATO-Rusia dan kemudian akan menjadi Perang Dunia III,” Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto mengatakan kepada lembaga penyiaran Prancis LCI pada hari Kamis.
Baca juga: Permalukan AS Hingga Jerman, Rusia Pamer Senjata Barat Hasil Rampasan Perang Ukraina di Kota Moskow
Moskow telah berulang kali memperingatkan bahwa mereka akan terpaksa menyerang pasukan Barat jika mereka ikut serta dalam konflik tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menulis di Telegram pada hari Jumat bahwa “tidak ada yang tersisa” dari pasukan NATO jika mereka dikirim ke garis depan di Ukraina.
Kiev telah menyuarakan peringatan atas tertundanya bantuan militer Barat dalam beberapa bulan terakhir, dan menyalahkan kekurangan amunisi sebagai penyebab kerugian di medan perang.
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan di The Economist pada hari Kamis, Vadim Skibitsky, wakil kepala badan intelijen militer GUR Ukraina, mengatakan pertahanan Ukraina bisa runtuh bahkan dengan paket bantuan tambahan dari AS dan Inggris yang baru-baru ini disetujui.