TRIBUNNEWS.com - Sebelum pasukan Zionis menyerang Rafah pada Senin (6/5/2024) malam, Perlawanan Palestina melakukan banyak operasi dengan menargetkan beberapa tempat di Israel.
Sirene di empat kota, yaitu Sderot, Nir Am, Mefalsim, dan Gevim, meraung keras pada Senin pukul 23.00 waktu setempat, akibat serangan bertubi-tubi dari kelompok sayap Hamas, Brigade Al-Qassam, dan faksi-faksi lainnya.
Al-Qassam meluncurkan peluncur roket ganda (MLR) Rajoum untuk mengganggu Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Mereka turut bekerja sama dengan beberapa faksi untuk menyelesaikan sejumlah operasi.
Serangan ini merupakan serangan susulan yang sebelumnya juga terjadi pada Minggu (5/5/2024) di perbatasan Abu Salem.
Al-Qassam terus menggunakan MLR Rajoum untuk menargetkan militer Israel pada Senin, dilansir Al Mayadeen.
Para pejuang Al-Qassam diketahui menargetkan Poros Netzarim, yang memisahkan Jalur Gaza utara dari wilayah terkepung lainnya, menggunakan MLR Rajoum jarak pendek.
Mereka kemudian melancarkan operasi gabungan bersama Front Populer untuk Pembebasan Palestina-Brigade Martir Jihad Jibril Komando Umum (PFLP-GC), menargetkan IDF di area yang sama menggunakan roket jarak pendek 107 mm.
Dalam operasi gabungan lainnya, Al-Qassam dan PFLP-GC sama-sama kemnbali menargetkan IDF yang ditempatkan di Netzarim.
Operasi di Netzarim tidak berhenti sampai di situ karena beberapa faksi lain menargetkan wilayah tersebut menggunakan roket dan mortir mereka sendiri.
Brigade Martir Al-Aqsa juga diketahui melancarkan serangan roket terkonsentrasi terhadap IDF yang ditempatkan di Poros Netzarim.
Baca juga: Kelompok Ekstremis Israel Sudah Bersiap, Apa yang Bakal Terjadi di Masjid Al Aqsa pada 14 Mei?
Lalu, pejuang Abu Ali Mustapha meluncurkan salvo roket lainnya ke Poros Netzarim, sedangkan Brigade Al-Mujahidin melancarkan serangannya sendiri ke pos komando Israel yang juga berada di wilayah Netzarim.
Kemudian, ada Brigade Perlawanan Nasional Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina (DFLP) meluncurkan mortir 102 mm ke arah situs militer Sufa Israel di sebelah timur Rafah, yang berisikan kendaraan militer Israel.
Diketahui, wilayah-wilayah yang diserang faksi Perlawaan Palestina merupakan operasi lanjutan terhadap wilayah yang seharusnya "dibersihkan" dari pasukan pendudukan Israel.
Kabinet Israel Beri Lampu Hijau Serangan ke Rafah
Sementara itu, kabinet perang Israel memberi lampu hijau untuk melanjutkan invasi ke Rafah.
Hal ini diumumkan oleh Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Senin malam, beberapa jam setelah Hamas memberi tahu mediator bahwa mereka telah menyetujui usulan perjanjian gencatan senjata.
Tak lama setelah pengumuman itu, IDF menyatakan sudah mulai melancarkan serangan besar-besaran yang menargetkan Rafah timur.
Sebelumnya, menurut kantor Netanyahu, serangan darat tersebut bertujuan "untuk menerapkan tekanan militer terhadap Hamas".
Kantor Netanyahu juga mengatakan, lewat serangan itu mereka juga ingin "mencapai kemajuan dalam pembebasan para sandera dan tujuan perang lainnya," dan menambahkan bahwa usulan yang disetujui oleh Hamas adalah "jauh dari tuntutan pokok Israel."
Rafah adalah kota kecil yang berbatasan dengan Mesir dan kini dianggap sebagai salah satu wilayah terpadat di dunia.
Lebih dari 1,4 juta warga Palestina saat ini berlindung di kota tersebut setelah mereka diusir secara paksa oleh Israel dari wilayah lain di Gaza.
Washington sebelumnya telah berulang kali memperingatkan bahwa mereka menentang serangan terhadap Rafah.
Termasuk baru-baru ini, di mana Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mendapat tekanan, terutama dengan adanya protes yang sedang berlangsung di beberapa kampus Amerika, seiring semakin dekatnya Pemilu.
Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengungkapkan korban tewas di Gaza akibat serangan Israel sudah mencapai angka 34.735 jiwa.
Sementara itu, 78.108 lainnya terluka.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)