Shoukry menegaskan bahwa alasan utama mengapa bantuan tidak dapat masuk ke Gaza lantaran ulah Israel yang merebut perbatasan Rafah.
Ia juga dengan tegas mengatakan bahwa tuduhan Israel tidak sesuai dengan fakta.
"Tuduhan Israel merupakan upaya untuk memutarbalikkan fakta dan mengabaikan tanggung jawab," kata Shoury, dikutip dari Asharq Al-Awsat.
Menurutnya, krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza menjadi tanggung jawab Israel.
“Israel sendirilah yang bertanggung jawab atas bencana kemanusiaan yang dihadapi warga Palestina di Gaza,” jelasnya.
Daripada membuat tuduhan palsu, Shoukry meminta Israel untuk segera mengizinkan bantuan masuk ke Gaza.
“Israel harus memikul tanggung jawab hukumnya sebagai kekuatan pendudukan dan mengizinkan masuknya bantuan melalui jalur darat yang berada di bawah kendalinya,” tuntutnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Israel Katz mengatakan Mesir harus segera membuka kembali Penyeberangan Rafah.
Menurut Katz, Mesir harus bertanggung jawab dengan krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza dan harus mengizinkan bantuan masuk ke Gaza.
“Kunci untuk mencegah krisis kemanusiaan di Gaza kini ada di tangan teman-teman Mesir kita,” kata Menteri Luar Negeri Israel Katz dalam wawancaranya dengan wartawan.
Tidak hanya itu, Katz mengklaim dirinya telah berbicara dengan Inggris dan Jerman untuk membuka kembali penyeberangan Rafah.
"Israel bersama Inggris dan Jerman perlu membujuk Mesir untuk membuka kembali penyeberangan Rafah," jelasnya.
Sementara itu, Mesir telah membuka penyeberangan Rafah sejak 7 oktober 2023.
Namun Israel merebut penyebarangan Rafah dan menutupnya.