News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Fashion Show

Arab Saudi Gelar Fashion Show Bikini, Desainer Ingin Pamerkan Pakaian Renang yang Elegan

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Febri Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Arab Saudi kembali mencetak sejarah baru dengan menggelar fashion show pakaian renang pertamanya pada Jumat (17/5/2024) kemarin.

TRIBUNNEWS.COM - Arab Saudi baru saja mencetak sejarah dengan menggelar fashion show pakaian renang pertamanya pada Jumat (17/5/2024) kemarin.

Peragaan busana renang ini menampilkan karya dari desainer Maroko bernama Yasmina Qanzal selama Red Sea Fashion Week di St. Regis Red Sea Resort.

Dikutip dari Newsweek, acara yang digelar di tepi kolam renang tersebut menampilkan koleksi Qanzal seperti bikini dari one pieces, two pieces, sarung, dan sebagainya.

Qanzal mengakui bahwa Arab Saudi merupakan negara yang sangat konservatif, tetapi ia mencoba menampilkan bikini elegan, yang mewakili dunia Arab, kantor berita AFP.

“Saat kami datang ke sini, kami memahami bahwa peragaan busana baju renang di Arab Saudi adalah momen bersejarah, karena ini pertama kalinya diadakan," urainya.

Sebagian besar model berlengggok memamerkan pakaian renang yang memperlihatkan bahu mereka.

Beberapa model lainnya menunjukkan sedikit bagian perut, dan garis leher mereka.

Mungkin, dalam beberapa tahun lalu fashion show ini terbilang tidak mungkin terpikirkan bakal diselenggarakan di depan umum.

Dan ketika para wanita berjalan di atas catwalk dengan pakaian renang one-piece, atasan bikini off-shoulder, dan sarung setinggi paha, reaksi penonton tampak sepenuhnya positif, Daily Mail.

Red Sea Global merupakan salah satu megaproyek yang menjadi inti program reformasi sosial dan ekonomi Visi 2030 Arab Saudi, yang diawasi oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

Seorang influencer Perancis yang juga hadir di peragaan busana renang kemarin, Raphael Simacourbe, mengatakan tidak ada hal yang bersifat cabul di matanya, tetapi dalam konteks Saudi, hal tersebut merupakan pencapaian besar.

Baca juga: Demi Pariwisata dan Bisnis, Arab Buka Toko Miras Cuma Buat Diplomat Non Muslim, Apa Saja Aturannya?

“Mereka sangat berani melakukan hal itu hari ini, jadi saya sangat senang menjadi bagian darinya,” katanya.

Dapat dikatakan kalau industri fashion di Arab Saudi berkembang pesat.

Pada tahun 2022, industri ini menyumbang $12,5 miliar, atau 1,4 persen dari PDB nasional, dan mempekerjakan 230.000 orang, menurut laporan terbaru dari Saudi Fashion Commission.

Pertumbuhan tersebut sejalan dengan tujuan Visi 2030 yang lebih luas, yaitu menjadikan Arab Saudi sebagai pusat mode dan budaya global.

Menjadi tuan rumah peragaan busana renang bagi Arab Saudi juga berarti sebuah tanda perubahan budaya penting.

Selain itu, MBS telah memulai beberapa reformasi sosial untuk melunakkan citra Arab Saudi yang keras.

Sejak diangkat menjadi putra mahkota pada tahun 2017, MBS telah mempelopori beberapa inisiatif untuk memodernisasi masyarakat Saudi, termasuk mengesampingkan polisi agama, memperkenalkan kembali bioskop, dan menyelenggarakan festival musik campuran.

Semua reformasi ini, jika digabungkan, adalah bagian dari proyek jangka panjang MBS untuk mengurangi ketergantungan kerajaan terhadap minyak dengan mendiversifikasi perekonomiannya dan mempromosikan sektor-sektor mulai dari teknologi hingga pariwisata, olahraga, hiburan, dan mode.

Arab Buka Toko Miras Cuma Buat Diplomat Non Muslim

Awal tahun ini, terbilang untuk pertama kalinya dalam 70 tahun, Arab Saudi membuka toko minuman keras (miras), Rabu (24/1/2024).

Namun, toko miras ini tapi hanya melayani diplomat non-Muslim.

Baca juga: Populer Internasional: Arab Saudi akan Resmikan Toko Miras Pertama - Jalanan Utama Tel Aviv Lumpuh

Arab Saudi membuka toko alkohol pertamanya di Ibu Kota Riyadh, menurut dokumen dan sumber yang mengetahui rencana tersebut, dikutip dari Reuters.

Namun, ada syarat yang menyertai pembelian alkohol di Arab Saudi.

Berdasarkan dokumen yang Reuters kutip, pertama-tama, pelanggan harus mendaftar melalui aplikasi seluler, kemudian mendapatkan kode izin dari Kementerian Luar Negeri, dan wajib mematuhi kuota bulanan dalam pembelian mereka.

Mereka yang diizinkan berbelanja di toko, harus menunjukkan tanda pengenal diplomatik untuk berbelanja minuman keras, bir, dan wine, dikutip dari Forbes.

Sebagai catatan, meminum alkohol merupakan larangan dalam keyakinan Islam.

Langkah ini merupakan sebuah tonggak sejarah bagi Arab Saudi.

Terletak di kawasan diplomatik ibu kota Riyadh, pembukaan toko baru ini mencerminkan upaya Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) untuk menjadikan Kerajaan Arab Saudi sebagai tujuan yang lebih populer, lapor Associated Press.

Tidak jelas apakah ekspatriat non-Muslim lainnya akan memiliki akses ke toko tersebut.

Jutaan ekspatriat tinggal di Arab Saudi, namun kebanyakan dari mereka adalah pekerja Muslim dari Asia dan Mesir.

Meski ada toko alkohol di Arab, non-diplomat tidak diizinkan membeli dan aturan larangan minuman beralkohol di Kerajaan tersebut, yang telah diterapkans ejak 1950-an, tidak dihapuskan, lapor Middle East Eye.

Arab Saudi memiliki undang-undang ketat yang melarang meminum alkohol yang dapat dihukum dengan ratusan cambukan, deportasi, denda, atau penjara dan ekspatriat juga menghadapi deportasi.

Sebagai bagian dari reformasi, hukuman cambuk telah banyak digantikan dengan hukuman penjara.

Alkohol hanya tersedia melalui surat diplomatik atau di pasar gelap.

Arab Saudi bukan satu-satunya negara yang melarang penjualan alkohol.

Di sejumlah negara, umat Islam dilarang meminum alkohol karena alasan agama oleh pemerintah.

Namun, undang-undang yang sama tidak berlaku bagi nonmuslim.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini