Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN – Iran membuka pendaftaran calon presiden (capres) menggantikan mendiang Ebrahim Raisi, yang tewas dalam kecelakaan helikopter bersama tujuh orang lainnya pada awal Mei kemarin.
Pendaftaran capres digelar selama lima hari kedepan, nantinya calon pendaftar final terkumpul mereka akan diseleksi oleh Dewan Pengawas Iran yang terdiri dari 12 anggota, sebuah panel ulama dan hakim yang diawasi oleh Khamenei.
“Pendaftaran kandidat untuk pemilihan presiden ke-14 dimulai pada pukul 8 pagi di kementerian dalam negeri,” kata kantor berita resmi IRNA.
Baca juga: Israel Salah Perhitungan, Ternyata Sempat Kirim Pesan Lewat Mesir buat Cegah Iran Balas Dendam
Setelah dinyatakan lolos seleksi mereka nantinya akan dipersiapkan untuk maju bertarung dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) yang digelar pada 28 Juni mendatang. Jadi pemilu tersingkat karena masa kampanye hanya digelar dua minggu sebelum pemungutan suara.
Mengutip dari Al Jazeera, syarat pendaftaran capres Iran bisa diikuti seluruh lapisan masyarakat dengan rentan usia antara 40 hingga 75 tahun, serta gelar minimal pascasarjana. Namun sejauh ini Panel Dewan Pengawas Iran tidak pernah menerima perempuan dalam pendaftaran capres.
"Pilpres ini, seperti pemilu parlemen, akan diselenggarakan dengan aman dan sehat, dengan persaingan yang baik dan partisipasi luas dari seluruh rakyat tercinta," kata Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vahidi.
Pemerintah Iran melaporkan sejauh ini sudah ada 30 kandidat yang telah mengajukan permohonan pencalonan, termasuk mantan anggota parlemen reformis Mostafa Kavakebian dan anggota parlemen konservatif Mohammadreza Sabaghian.
Sementara itu Saeed Jalili, mantan perunding nuklir Iran yang mencalonkan diri pada tahun 2013 dan juga sempat mendaftar pada tahun 2021 juga diisukan mencalonkan kembali pada pilpres kali ini.
Namun sampai detik ini tidak ada satupun dari mereka memenuhi persyaratan dasar untuk kualifikasi. Sepinya pendaftar yang mencalonkan diri membuat Pemilu kali ini tercatat sebagai yang terendah dalam sejarah pemilihan presiden Iran dengan presentase yaitu 48,8 persen.
Anak Khamenei Digadang-gadang Jadi penerus
Anak dari Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Mojtaba Khamenei belum lama menjadi sorotan karena pernah disebut ingin mendaftarkan diri sebagai presiden Iran.
Tetapi, Mojtaba disebut memiliki reputasi agama dan masyarakat yang lemah. Ia juga tidak pernah memegang jabatan politik apapun selama ini.
Meski Mojtaba dikenal karena memiliki kedekatan dengan Garda Revolusi Iran (IRGC) dan paramiliter Basij. Namun, hal tersebut tak cukup untuk menjadi dasar kompetensi.
Jika Mojtaba naik, pengangkatannya juga bertentangan dengan prinsip revolusi Iran 1979 yang menggulingkan dinasti monarki. Oleh sebab itu, pengangkatan Mojtaba masih menjadi wacana karena perlu peninjauan dari Dewan Ahli Iran.