TRIBUNNEWS.COM - Anggota Parlemen Turki, Hasan Turan berpidato sambil menunjukkan potret ayah di Gaza sedang menggendong anaknya tanpa kepala setelah serangan Israel di Rafah.
Turan tampak menahan air matanya waktu berpidato, Middle East Eye melaporkan.
"Seorang ayah menggendong anaknya. Anak itu tanpa kepala," serunya kepada hadirin, seperti dikutip dari video yang dibagikan Middle East Eye.
"Apakah kamu tahu bagaimana ini diberitakan di media Israel," tanyanya.
Pria itu tampak menahan tangisnya.
"Bagaimana ini diberitakan di outlet media Zionis? 'Ayam panggang baru matang, enaknya'," lanjutnya.
Dia juga bertanya: "Di mana garis merahnya? Berapa banyak lagi bayi yang perlu dibunuh? Berapa banyak lagi perempuan yang harus dibunuh?".
"Inilah titik di mana kemanusian sudah berakhir, saudaraku," katanya.
"Dengan menjatuhkan bom atom di sana (Rafah), apakah itu membuatmu bahagia, Israel?," tanyanya.
"Kapan garis merah itu memberi batas? Bagaimana kamu akan menjelaskan ini kepada dunia? Apakah ini yang kamu sebut sebagai American dream? Apakah ini yang kau janjikan keada dunia?," Turan melanjutkan pidatonya.
PBB: situasi di Gaza pengingat nyata korban jiwa akibat konflik
Baca juga: Al Qassam Ledakkan Ladang Ranjau Saat Dijejali Pasukan IDF di Rafah, Tentara Israel Hujan Mortir
Sementara itu, Koordinator khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland berkunjung ke Jalur Gaza dan menyaksikan dampak buruk dari perang.
Dalam komentar yang dia sampaikan, Wennesland menyingung korban jiwa akibat konflik.
"Pemandangan kehancuran dan penderitaan orang-orang menyayat hati," ucapnya.
"Dan jelas bahwa diperlukan tindakan segera untuk meringankan krisis kemanusiaan yang dihadapi (di) Jalur Gaza," lanjutnya.
Selama perjalanannya, Wennesland juga mengunjungi Rumah Sakit al-Amal di Khan Yunis.
Di sana dirinya bertemu dengan para pejabat untuk membahas cara-cara mengatasi kebutuhan mendesak masyarakat.
“Apa yang saya lihat di Gaza adalah sebuah pengingat akan korban jiwa akibat konflik,” katanya.
Menurut pandangannya, usulan gencatan senjata AS harus diterima oleh semua pihak yang terlibat.
Palestina seret Israel ke ICJ
Pihak berwenang Palestina ikut menyeret Israel ke Mahkamah Internasional (ICJ).
"Otoritas Palestina baru saja mengajukan permohonan agar bisa bergabung dengan Afrika Selatan sebagai pihak dalam kasus genosida Gaza terhadap Israel," kata pengadilan tersebut pada hari Senin (3/6/2024).
Baca juga: Bernie Sanders Ogah Hadiri Penyambutan Netanyahu di AS: Selagi Kalian Makan Enak, Lihatlah Gaza
Dalam sebuah pernyataan, ICJ mengatakan pihak berwenang Palestina "mengajukan permohonan izin untuk melakukan intervensi dan deklarasi intervensi dalam kasus (Afrika Selatan vs Israel)".
Jika dikabulkan oleh pengadilan, permintaan tersebut dapat memungkinkan pemerintah Palestina untuk juga menambahkan hakim ad hoc pilihan mereka ke dalam panel ICJ yang saat ini terdiri dari 16 hakim, 15 hakim reguler pengadilan dan satu hakim ad hoc Israel.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)