TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada hari Selasa (4/6/2024) berusaha merayu para menteri dan anggota parlemen dari Partai Likud untuk menyetujui proposal gencatan senjata yang diumumkan Presiden AS Joe Biden.
Hal tersebut sesuai dengan laporan lembaga penyiaran publik Israel KAN yang mengatakan Netanyahu sedang memulai pembicaraan dengan anggota Knesset dari Partai Likud.
Sebelumnya, proposal yang digaungkan Biden ini mendapatkan tentangan dari beberapa menteri Israel dan anggota parlemen dari Partai Likud.
Langkah yang dilakukan Netanyahu ini tepat setelah dirinya mencapatkan ancaman dari Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, dikutip dari Anadolu Anjansi.
Kedua menteri tersebut sebelumnya mengancam akan menggulingkan Netanyahu apabila menyetujui proposal gencatan senjata yang diumumkan Biden.
Menurut KAN, Netanyahu takut dan khawatir dengan ancaman dari kedua menteri tersebut.
Sehingga hal ini mendorong dirinya untuk berusaha memenangkan hati para menteri dan anggota partai Likud yang menolak usulan tersebut.
Sementara itu, beberapa menteri dari Partai Likud diketahui menyetujui proposoal tersebut.
Di antaranya, Menteri Perumahan Yitzhak Goldknopf, pemimpin Partai Persatuan Torah Yudaisme, bersama dengan beberapa menteri dari Partai Likud.
Goldknopf mengatakan dirinya akan siap mendukung apapun proposal yang dapat membebaskan sandera.
Proposal Gencatan Senjata yang Diumumkan Biden
Joe Biden pada hari Jumat (31/5/2024) telah mengumumkan proposal gencatan senjata di Gaza.
Baca juga: Kata Pejabat Israel soal Proposal Gencatan Senjata yang Diumumkan Biden: Tidak Akurat
Dalam gencatan senjata tersebut, nantinya akan dibagi menjadi 3 tahap.
Proposal tersebut berisi dengan gencatan senjata total selama enam minggu dan penarikan Israel dari wilayah berpenduduk Gaza serta pertukaran sandera.
Biden mengklaim usulan ini adalah langkah paling efektif untuk meredakan perang yang sedang berlangsung dan bantuan dapat mengalir tanpa hambatan.