TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Israel mulai kelabakan saat Hizbullah Lebanon melakukan serangan drone secara terus menerus pada Jumat (21/6/2024) kemarin.
Hizbullah melakukan sejumlah operasi terhadap sasaran Israel untuk mendukung rakyat Palestina dan menanggapi agresi Israel di kota-kota dan warga sipil Lebanon.
Serangan awal yang diumumkan oleh Hizbullah pada hari Jumat menunjukkan Angkatan Udara Unammed dari kelompok tersebut meluncurkan segerombolan drone bunuh diri menuju lokasi Angkatan Laut Ras al-Naqoura Israel.
Dikutip dari Al Maydeen, drone tersebut menghancurkan area tempat tinggal dan ruang operasi para perwira Israel.
Dilaporkan terdapat korban jiwa dari pasukan Israel dan serangan tersebut juga telah menghancurkan beberapa infrastruktur di lokasi itu.
Sementara pada Jumat siang, Hizbullah kembali menyerang situs militer Roueisat al-Qarn di Peternakan Shebaa Lebanon yang diduduki dengan “senjata roket” yang tidak ditentukan.
Segera setelah itu, Hizbullah menyerang lokasi militer al-Ramtha di dekatnya, melancarkan serangan langsung ke sasaran yang dituju.
Hizbullah juga menyerang situs militer al-Sumaqah dan situs militer Zibdine di Peternakan Shebaa dan Perbukitan Kfar Chouba yang diduduki.
Angkatan Udara Tak Berawak Hizbullah juga melancarkan serangan lain, menggunakan drone bunuh diri, terhadap unit artileri Israel yang digali di al-Za'oura di dataran rendah Golan yang diduduki.
Sekjen PBB: Lebanon Jangan jadi Gaza yang Lain
Sekjen PBB, Antonio Guterres mengatakan dirinya sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hizbullah Lebanon.
Baca juga: Israel Terancam Gelap Total: Kami Tak Siap Hadapi Perang, Pemadaman Listrik Bisa 72 Jam
"Satu tindakan gegabah – satu kesalahan perhitungan – dapat memicu bencana yang melampaui batas negara, dan sejujurnya, di luar imajinasi," katanya, Jumat (21/6/2024), dikutip dari Reuters.
"Mari kita perjelas: Masyarakat di kawasan ini dan masyarakat dunia tidak mampu membiarkan Lebanon menjadi bagian dari Gaza," lanjutnya.
Hizbullah yang didukung Iran telah menembakkan roket ke Israel sebagai solidaritas dengan sekutunya di Palestina, Hamas, sejak perang Gaza meletus pada bulan Oktober.
Puluhan ribu warga Lebanon juga meninggalkan rumah mereka menyusul serangan Israel di Lebanon selatan.
Pasukan penjaga perdamaian PBB UNIFIL, serta pengamat teknis tak bersenjata yang dikenal sebagai UNTSO, telah lama ditempatkan di Lebanon selatan untuk memantau permusuhan di sepanjang garis demarkasi antara Lebanon dan Israel, yang dikenal sebagai Garis Biru.
"Pasukan penjaga perdamaian PBB berada di lapangan berupaya meredakan ketegangan dan membantu mencegah kesalahan perhitungan," ucap Guterres.
"Dunia harus menyatakan dengan lantang dan jelas: deeskalasi dalam waktu dekat tidak hanya mungkin dilakukan – namun hal ini penting."
"Tidak ada solusi militer," tegas Guterres.
Baca juga: AS: Upaya Israel Sia-sia, 80 Persen Terowongan Tempat Persembunyian Hamas Masih Utuh
AS Khawatir Soal Iron Dome Israel
Para pejabat Amerika Serikat (AS) memiliki kekhawatiran serius terkait Iron Dome bila perang antara Israel dengan Hizbullah pecah.
Para pejabat AS mengatakan, mereka khawatir dengan pertahanan udara milik Israel bakal kewalahan menghadapi serangan dari Hizbullah.
Kekhawatiran, yang menurut para pejabat AS juga telah dikomunikasikan kepada mereka oleh Israel, bahwa Iron Dome rentan terhadap persenjataan besar rudal dan drone Hizbullah.
Dikutip dari CNN, para pejabat Israel telah berkomunikasi dengan AS bahwa mereka berencana untuk mengalihkan sumber daya dari Gaza ke Israel utara.
Baca juga: Populer Internasional: Pecah Kongsi Pemerintah Netanyahu, Ranpur Hangus, AS Bingung Lindungi Israel
Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan kemungkinan serangan dari Hizbullah.
"Kami memperkirakan bahwa setidaknya beberapa baterai Iron Dome akan kewalahan," kata seorang pejabat senior pemerintah AS.
Menanggapi pernyataan para pejabat AS, Israel menyebut Iron Dome bisa kewalahan bila Hizbullah melakukan serangan skala besar yang terutama menggunakan senjata berpemandu presisi.
Hizbullah telah menimbun amunisi dan rudal berpemandu presisi dari Iran selama bertahun-tahun, hal yang berulang kali dikhawatirkan oleh Israel.
Awal bulan ini, Hizbullah merilis sebuah video yang dimaksudkan untuk menunjukkan sebuah drone menyerang dan merusak baterai Iron Dome di sebuah pangkalan militer di Israel utara.
Pers Israel melaporkan bahwa ini adalah contoh terdokumentasi pertama dari sistem yang berhasil diserang.
Meski begitu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebut mereka tidak mengetahui adanya kerusakan pada sistem.
Namun, para pejabat Israel telah mengatakan kepada AS bahwa mereka yakin Iron Dome bisa jadi rentan, khususnya di Israel utara, dan mereka terkejut dengan kecanggihan serangan Hizbullah.
Baca juga: Murka Israel Panggil Duta Besar Buntut Armenia Akui Palestina, Total 145 Negara Buat Pengakuan
Kekhawatiran utama adalah Hizbullah menggunakan sejumlah besar amunisi dan rudal berpemandu presisi, kata sumber yang mengetahui ancaman tersebut.
Kelompok militan Lebanon juga menerbitkan video berdurasi sembilan menit pada minggu ini, yang konon diambil dengan drone, menunjukkan situs sensitif militer Israel di beberapa kota.
Seorang pejabat AS lainnya mengakui jika terjadi perang besar-besaran, dukungan yang paling dibutuhkan Israel adalah sistem pertahanan udara tambahan dan penambahan Iron Dome, yang akan disediakan oleh AS.
Iron Dome sangat penting bagi pertahanan Israel dan pemerintah AS telah menghabiskan lebih dari $2,9 miliar untuk program ini, menurut Congressional Research Service.
IDF mengatakan sistem tersebut memiliki tingkat keberhasilan sebesar 95,6 persen selama salvo roket yang ditembakkan oleh Jihad Islam tahun lalu.
Jadi, jika Hizbullah berhasil mengalahkan pertahanan rudal Israel, maka hal itu akan membahayakan nyawa militer dan warga sipil Israel.
(Tribunnews.com/Whiesa)