Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, YAMAN - Juru bicara militer Houthi Yahya Saree mengklaim kekuatan pasukannya telah berlipat ganda setelah kelompok perlawanan islam di Irak (IRI) sepakat melakukan operasi militer gabungan, Senin (24/6/2024).
Operasi gabungan ini sengaja di gelar Houthi dan kelompok perlawanan islam Irak dengan tujuan melumpuhkan aktivitas di pelabuhan Haifa Israel serta menargetkan kapal- kapal mitra Israel seperti Amerika dan inggris yang tengah berlayar di kawasan Laut merah.
“Kelompok Houthi Yaman melakukan operasi militer gabungan dengan Perlawanan Islam di Irak, menargetkan kapal-kapal di pelabuhan Haifa Israel yang dianggap tidak patuh,” jelas Saree dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: Kapal Israel Cs Dipastikan Tenggelam setelah Ditembak Houthi di Laut Merah
Sehari setelah operasi gabungan digelar, pelabuhan Haifa Israel berubah bak neraka lantaran dua kapal tanker semen dan dua kapal kargo terbakar hebat akibat serangan rudal tak berawak milik Houthi dan Perlawanan Irak.
Hal itu juga dikonfirmasi secara langsung oleh badan keamanan maritim Inggris, UKMTO. Dalam laporannya menyebutkan bahwa sebuah kapal dagang rusak imbas serangan drone peledak di Laut Merah dekat Yaman pada Minggu pagi.
"Nakhoda kapal dagang melaporkan telah dihantam oleh sistem udara tak berawak (UAS), yang mengakibatkan kerusakan pada kapal,” kata badan yang dikelola oleh angkatan laut Inggris tersebut.
"Tidak ada korban jiwa, serangan itu terjadi sekitar 65 mil laut (120 km) di sebelah barat kota pelabuhan Hodeidah di Yaman", imbuhnya.
Dalam operasinya itu, dua militan tersebut sukses menghancurkan kapal Transworld Navigator yang berlayar di Laut Merah dengan menggunakan kapal tak berawak serta merudal kapal Stolt Sequoia yang berada di Samudra Hindia.
Saree menyebut serangan itu dilakukan karena kapal-kapal tersebut milik perusahaan sekutu Israel telah melakukan pelanggaran karena memasuki pelabuhan Palestina. Imbas serangan tersebut kini situasi di Laut Merah dan Samudra Hindia berubah menjadi mencekam.
Baca juga: Balas Houthi, AS-Inggris 2 Kali Bombardir Yaman, Rusak 3 Peluncur Rudal
Serangan Houthi Buat Israel Rugi
Adapun konflik ini pertama kali pecah pada November lalu tepatnya setelah Houthi, milisi sayap kanan Iran membombardir rudal ke kapal – kapal yang terafiliasi dengan Israel di Laut Merah.
Pejabat Houthi beranggapan blokade dan penyerangan yang mereka lakukan adalah bentuk protes atas agresi Israel di Gaza, Palestina yang telah menewaskan lebih dari 34.000 jiwa. Houthi menyebut angkah ini sebagai kampanye solidaritas untuk Palestina dan menentang perang Israel di Gaza.
Akan tetapi imbas serangan Houthi, ratusan kapal dagang global mulai menghentikan operasi ke wilayah Timur Tengah terutama Israel. Alhasil pemasukan pelabuhan Eilat yang merupakan satu-satunya terminal kargo andalan Israel di Laut Merah mengalami kerugian besar.
CEO Pelabuhan Eilat, Gideon Goldberg melaporkan bahwa bisnis di dermaga turun sekitar 85 persen usai dihajar Houthi hingga membuat kapal-kapal sekutu Israel enggan untuk bersandar di pelabuhan tersibuk ketiga di Israel.
“Sejak Houthi mengumumkan pemblokiran Bab-el-Mandeb, kapal-kapal takut melewati perjalanan mereka ke Eilat dan memilih rute yang melewati seluruh benua Afrika dengan cara yang memperpanjang durasi perjalanan sebesar sekitar 20 hari," kata Golber.
Kapal Mitra Israel Boncos
Selain menyebabkan kerugian, serangan rudal yang dilakukan Houthi juga berhasil membuat kapal sekutu Israel yakni AS dan Inggris boncos, lantaran harus menanggung lonjakan biaya premi atau asuransi yang naik mencapai 50 persen.
Lonjakan tarif terjadi usai angkatan bersenjata Houthi Yaman terus menargetkan ketiga kapal itu, alasan ini yang membuat perusahaan asuransi menjatuhkan tarif premi lebih mahal mencapai ratusan ribu dolar AS untuk kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan AS, Inggris, dan Israel.
“Kapal yang memiliki hubungan dengan Amerika Serikat, Inggris, atau Israel akan dikenakan tarif yang lebih tinggi sekitar 20 hingga 50 persen, lebih banyak dibandingkan kapal lain yang berlayar di Laut Merah,” jelas David Smith, kepala broker asuransi McGill and Partners dikutip dari Almayadeen.
“Langkah ini diambil untuk menghindarkan diri dari ancaman kerugian akibat perusahaan harus mengcover bisnis yang resikonya sangat tinggi,” imbuh Smith.
Selain itu imbas serangan Houthi banyak perusahaan Israel, Amerika dan Inggris yang kini mulai menunda aktivitas perdagangan hingga berimbas pada lesunya nilai ekspor dan impor.
Belum diketahui secara pasti kapan ketegangan ini mereda, namun para analis menilai, apabila perubahan jalur terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat memukul ketiga ekonomi negara diatas yang saat ini tengah berada di jurang resesi.