Selama kunjungan ke Washington pada tanggal 24 Juni, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kepada utusan khusus AS Amos Hochstein bahwa peralihan ke “Fase C” dalam perang Gaza akan mempengaruhi semua lini, Times of Israel melaporkan.
Fase C mengacu pada berakhirnya serangan besar Israel di Gaza dan transisi untuk melakukan perang kontra-pemberontakan jangka panjang dan tingkat rendah melawan sayap militer Hamas, Brigade Qassam.
Menurut pembacaan dari Kementerian Pertahanan, Gallant mengatakan kepada Hochstein bahwa “transisi ke 'Fase C' dalam perang di Gaza akan berdampak pada perkembangan di semua lini, dan bahwa Israel sedang mempersiapkan setiap skenario baik secara militer maupun diplomatis,” tambah kantornya. .
Pasangan ini juga membahas “tindakan yang diperlukan untuk mencapai kerangka kerja yang memungkinkan komunitas Israel kembali dengan aman ke rumah mereka di utara.”
Perang yang sedang berlangsung antara Gerakan Perlawanan Lebanon, Hizbullah, dan Israel semakin intensif dalam beberapa pekan terakhir. Ratusan ribu warga dari kedua sisi perbatasan masih mengungsi di tengah pertempuran.
Pada hari Minggu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan dalam sebuah wawancara yang jarang terjadi dengan media Israel bahwa “fase intens” memerangi Hamas di Gaza hampir berakhir, memungkinkan pasukan untuk bergerak ke perbatasan utara dengan Lebanon untuk menghadapi Hizbullah.
Dalam lebih dari delapan bulan pertempuran, tentara Israel belum mampu mengalahkan Hamas, seperti yang Netanyahu janjikan, atau membangun kembali keamanan bagi para pemukim di utara untuk kembali di tengah serangan konsisten Hizbullah terhadap infrastruktur militer Israel dengan rudal dan drone.
Hochstein kelahiran Israel, penasihat senior bidang energi dan investasi Presiden Joe Biden, melakukan perjalanan ke Lebanon pekan lalu di tengah pertukaran ancaman antara Hizbullah dan Israel.
Hochstein mengadakan pembicaraan di Beirut dengan Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri, sekutu kuat Hizbullah.
AS telah berjanji untuk mendukung Israel jika mereka melancarkan invasi ke Lebanon.
Namun seorang perwira tinggi militer AS memperingatkan pada hari Minggu bahwa setiap serangan militer Israel ke Lebanon akan berisiko memicu intervensi Iran untuk membantu Hizbullah.
Jenderal Angkatan Udara Charles Q Brown, ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat, mengatakan Iran “akan lebih cenderung mendukung Hizbullah” dibandingkan Hamas di Gaza, “terutama jika mereka merasa bahwa Hizbullah sedang terancam secara signifikan.”
Jenderal Brown juga menyatakan bahwa pasukan AS akan kesulitan membantu Israel dalam menembak jatuh rentetan roket besar-besaran yang ditembakkan Hizbullah jika terjadi perang skala penuh. Ketika Iran melancarkan serangan balasan terhadap Israel pada bulan April, AS memainkan peran penting dalam menembak jatuh rudal dan drone Iran.
Namun Hizbullah memiliki persenjataan besar yang terdiri lebih dari 100.000 roket dan rudal yang dapat diluncurkan ke Israel dari jarak yang lebih dekat, sehingga lebih sulit untuk menembak jatuh mereka.