Penyergapan Maut Shejaiya, Intelijen Israel Dikelabuhi, Qassam Pukul Mundur Divisi ke-98 Paratroopers IDF
TRIBUNNEWS.COM - Untuk kesekian kalinya, Shejaiya -atau beberapa literatur menulisnya Shujaiya di Kota Gaza membuktikan ketangguhannya menghadapi agresi militer Israel dalam perang yang sudah berlangsung sembilan bulan di wilayah kantung Palestina.
Milisi perlawanan di neighborhoods (lingkungan) di Gaza tengah tersebut terbukti sangat sulit ditaklukkan pasukan Israel dalam penyerbuan terbaru IDF di wilayah tersebut.
Baca juga: Kronik Shejaiya, Lingkungan Gagah Berani Gaza yang Tidak Dapat Dihancurkan Israel
Penyergapan Maut
Pada Jumat (28/6/2024) malam, Pejuang Palestina, Brigade Al-Qassam dan tentara Israel terlibat pertempuran sengit di lingkungan Shejaiya.
Pertempuran dalam jarak dekat ini menewaskan 4 tentara Israel.
Tidak hanya itu, 5 tentara IDF mengalami luka-luka akibat bentrokan sengit di Shejaiya ini.
Bentrokan ini juga dikonfirmasi oleh Brigade Al-Qassam.
Melalui sebuah pernyataan, Brigade Al-Qassam mengatakan telah menimbulkan korban jiwa pada pasukan pendudukan Israel di Shejaiya.
"Pejuang Al-Qassam terlibat dalam bentrokan sengit dari jarak dekat dengan pasukan musuh yang menyerang di lingkungan Shejaiya, sebelah timur Kota Gaza, yang menyebabkan kematian dan cedera di antara barisan mereka," kata Brigade Al-Qassam dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Palestine Chronicle.
Mereka juga mengatakan, telah melihat sebuah helikopter Israel yang mengevakuasi para tentara Israel yang tewas dan terluka.
"Helikopter mendarat untuk mengevakuasi mereka,” tambahnya.
Pada hari yang sama, Brigade Al-Qassam juga menargetkan dua tank markava milik Israel di Shejaiya dan Rafah.
Brigade Al-Qassam menggunakan peluru anti-tank Yasin 105 buatan lokal untuk melumpuhkan pasukan zionis.
Selain itu, Al-Qassam juga telah menyiapkan beberapa alat peledak improvisasi (IED) dan ladang ranjau.
Semua mereka persiapkan di suatu jalan yang diperkirakan dilewati oleh IDF.
Sebuah kendaraan lapis baja Israel yang melewati ladang ranjau tersebut akhirnya meledak.
Pakai Amunisi AS yang Tak Meledak
Hal yang menjadi catatan penting dari perlawanan di Shejaiya ini adalah betapa senjata kiriman Amerika Serikat (AS) yang dikirimkan kepada Israel justru menjadi petaka bagi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang kini menyerang Jalur Gaza.
Peristiwa ini berawal dari rudal jet tempur F-16 yang ditembakkan oleh Israel gagal meledak.
Brigade Al-Quds Hamas kemudian mengambil rudal itu dan memanfaatkannya untuk menyerang Israel.
Rudal tersebut digunakan dalam jebakan yang dipasang oleh Al-Qassam.
"Kami melenyapkan pasukan Zionis yang kami pancing masuk ke dalam sebuah gedung yang mempunyai mulut terowongan, yang dipasangi jebakan dengan bom berdaya ledak tinggi," kata brigade tersebut melalui kanal Telegram pada hari Jumat, (28/6/2024).
Penyergapan di sebuah gedung di Al-Shujaiya, di mana Brigade Al-Quds telah memasang bom di sebuah terowongan bangunan tersebut.
Pasukan infanteri Israel kemudian dipancing masuk ke dalam gedung oleh para pejuang, dikutip dari Al-Mayadeen.
Kemudian, bom yang ditanam meledak hingga melenyapkan pasukan IDF.
"Dan kami memasang jebakan di gedung itu dengan rudal F-16 yang ditembakkan musuh ke arah warga sipil. Rudal itu tidak meledak. Insinyur kami bekerja untuk menggunakannya kembali, mengaktifkannya, dan meledakkannya," kata pernyataan brigade itu menambahkan.
Beberapa operasi lain juga dilakukan di lingkungan tersebut, yang menyebabkan beberapa korban diangkut oleh beberapa helikopter penyelamat Israel ke rumah sakit terdekat.
Kelabuhi Intelijen Israel
Pakar militer dan ahli strategi militer sala Yordania, Nidal Abu Zaid memberikan analisisnya mengenai penyergapan maut para milisi perlawanan Palestina di Shejaiya ini.
Abu Zaid menekankan, kalau ini adalah ketiga kalinya pasukan pendudukan melancarkan operasi militer sejak pecahnya perang di Gaza.
Dari tiga upaya operasi militer di distrik tersebut, IDF selalu menarik mundur pasukannya dengan dalih operasi telah selesai namun tetap kembali lagi pada operasi berikutnya dengan alasan ada informasi intelijen kalau perlawanan kembali tumbuh di wilayah tersebut.
Alasan IDF ini menunjukkan kalau bolak-baliknya mereka ke wilayah yang sama - saat mengklaim kalau operasi sudah tuntas - adalah alasan sebenarnya atas kerugian besar personel dan peralatan tempur yang diderita sehingga harus mundur dari Shejaiya.
"Pasukan pendudukan tampaknya mengandalkan informasi intelijen dari operasi pengintaian berkelanjutan yang mereka lakukan di langit Jalur Gaza yang mengindikasikan bahwa perlawanan berlipat ganda di lingkungan Al-Shuja'iya di utara Jalur Gaza," kata Nidal Abu Zaid.
Dia menggarisbawahi, satu di antara faktor keberhasilan penyergapan milisi pembebasan Palestina di Shejaiya kali ini adalah kepintaran untuk meyakinkan intelijen Israel kalau Shejaiya memang target operasi militer dengan banyak milisi berkumpul di wilayah tersebut.
Hal ini, kata dia, seolah menggiring pasukan Israel untuk kembali mengirimkan pasukan ke wilayah di mana mereka sudah berulang kali melakukan operasi pembersihan, atau merujuk pada istilah yang dipakai IDF, dismantled operation.
"Perlawanan di Shejaiya menegaskan kalau setiap kali IDF terpaksa mundur dari lingkungan tersebut dengan mengumumkan selesainya misi, Ini menegaskan kegagalan dimensi intelijen dalam membaca dimensi operasional untuk menentukan ukuran, kekuatan, dan jalur gerakan perlawanan di sana," kata Zaid.
"Sebuah keberhasilan dicatat bagi perlawanan dengan menghilangkan kemampuan pendudukan untuk mengembangkan penilaian situasi intelijen yang dapat digunakan untuk membangun rencana serangan yang berhasil," katanya.
Secara sederhana, analisis Abu Zaid menerangkan kalau para milisi perlawanan berhasil membuat intelijen Israel salah duga terkait apapun - baik jumlah kekuatan milisi maupun kerangka operasiona perlawanan, di Shejaiya yang menyebabkan kerugian fatal yang diderita pasukan IDF.
Apa yang diraih IDF di Shejaiya, seperti banyak ditemui di Jalur Gaza selama perang ini, adalah penghancuran lingkungan yang memang sudah hancur dan pembunuhan warga sipil.
Sementara, milisi perlawanan dan kerangka operasional dan infrastruktur pendukungnya, cenderung tetap bisa beroperasi.
Pasukan Paratroopers IDF yang Kelelahan
Abu Zaid menambahkan, operasi militer IDF di Shejaiya dimulai Kamis dini hari dengan lagi-lagi mengerahkan pasukan Divisi ke-98 Parasut (Paratroopers).
Perlu dicatat, pasukan ini adalah pasukan yang sama saat mundur dari Jabalia beberapa minggu lalu.
Sebelum mundur dari Jabalia dengan dalih misi tuntas, Divisi ke-98 IDF juga menjalani operasi panjang di Khan Yunis juga berujung penarikan mundur pasukan.
"Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang strategi militer pendudukan (di mana) mengandalkan tim yang telah kelelahan dan yang struktur organisasinya telah hancur karena kerugian personel," kata Zaid.
Hal ini, tambahnya, ini dapat diartikan kalau pihak tentara pendudukan Israel tidak mempunyai cukup kekuatan untuk melancarkan operasi baru dan menderita krisis personel.
"Kondisi ini membuat tentara IDF bergantung pada unit-unit tempur yang telah habis dan habis karena kerugian (personel) yang tinggi dan durasi operasi yang lama," kata dia.
Abu Zaid mencontohkan, kesiapan perlawanan dan bentuk penyergapan pada jalur gerak maju pasukan Divisi Parasut ke-98 tampaknya menunjukkan bahwa perlawanan siap untuk operasi penyergapan ini.
"Atau bahwa perlawanan berhasil mengelabui pengintaian pendudukan dan intelijen dan mendorongnya untuk melancarkan operasi di lingkungan Shuja'iya di mana perlawanan telah siap dan dipersiapkan," kata dia.
Abu Zaid juga menanggapi kabar tentang kerugian kendaraan tempur pasukan pendudukan, merujuk pada lansiran surat kabar Ibrani Maariv kalau IDF sudah kehilangan sebanyak 500 kendaraan lapis baja sejak dimulainya operasi militer.
Bagi dia, meskipun menurutnya ini adalah jumlah yang besar bahkan setara dengan lebih dari ukuran divisi lapis baja, namun jumlah ini tidak menunjukkan jumlah sebenarnya.
Abu Zaid menilai, Israel sejatinya sudah kehilangan lebih dari 1.500 kendaraan tempur yang hancur seluruhnya atau sebagian sejak dimulainya operasi militer di Gaza.
Abu Zaid mendapatkan prakiraan ini lewat analisis klip video yang disiarkan setiap hari oleh kelompok perlawanan Palestina yang menargetkan kendaraan tempur melalui penyergapan ke pasukan pendudukan Israel.
(oln/khbrn/almydn/pc/*)