TRIBUNNEWS.com - Juru Bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida, merilis video pernyataan yang kemudian diunggah oleh Al Jazeera, Minggu (7/7/2024).
Dalam pernyataan terbarunya, Ubaida menegaskan pihaknya berkomitmen untuk mengakhiri agresi Israel.
Ubaida juga menekankan, Al-Qassam tidak akan menerima apapun selain membebaskan rakyat Palestina, di tengah serangan Israel yang bertubi-tubi.
Berikut lima poin pernyataan terbaru dari Abu Ubaida:
1. Semua front perlawanan bersatu
Ubaida mengatakan para pejuang gerakan perlawanan Palestina telah mencapai persatuan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ia mengungkapkan, beberapa front perlawanan memilih bergabung dan bersatu melawan pasukan Israel.
"Kemampuan pertahanan telah diperkuat untuk menghadapi pasukan Israel di seluruh wilayah, dan Al-Qassam memiliki sumber daya manusia yang kuat," kata Ubaida.
Diketahui, Al-Qassam merekrut ribuan pejuang baru selama perang, di mana mereka siap menghadapi musuh kapanpun diperlukan.
Ubaida juga menegaskan, hasil tidak terlekakkan dari persatuan front perlawanan adalah kekalahan musuh dan pasukan Israel.
Ia turut membicarakan pertempuran yang sedang berlangsung antara pejuang perlawanan Palestina dan pasukan Israel di Rafah dan Shejaiya, juga wilayah lainnya, sebagai bukti kuatnya front perlawanan Palestina dan kegagalan musuh.
2. Zona teror pasukan Israel
Lebih lanjut, Ubaida memperingatkan, poros Netzarim akan menjadi "zona teror bagi Israel."
Baca juga: Pemilik Restoran di Vietnam Usir Keluarga Israel: Kami Hanya Menerima Manusia, Anjing, dan Kucing
Ia menggambarkan Operasi Banjir Al-Qasa bukan sebagai awal perlawanan Palestina, namun sebagai ledakan respons atas kejahatan Israel.
Ubaida menegaskan kembali, meskipun Hamas dan front-front perlawanan di Palestina kekurangan dukungan eksternal dan pasokan penting, mereka akan terus berjuang dan "rakyat Palestina akan tetap teguh."
3. Pasukan Israel jadikan warga sipil sebagai perisai manusia
Ubaida juga menyinggung soal pasukan Israel yang menggunakan warga sipil Palestina sebagai tameng manusia.
Pasukan Israel, lanjutnya, juga menargetkan rumah, rumah sakit, sekolah, masjid, dan gereja.
4. Semua 24 batalion ikut turun perang
Di kesempatan yang sama, Ubaida juga menyampaikan pujiannya kepada gerakan-gerakan perlawanan di Palestina karena telah berjuang melawan Israel, yang didukung Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat, selama 9 bulan terakhir.
"Semua 24 batalion dan faksi perlawanan telah berperang dan mengalahkan musuh di berbagai wilayah di Gaza," ujar Ubaida.
Ia menambahkan, dunia telah melihat kejahatan pendudukan Israel di Gaza, yang mengungkap impotensi hukum kemanusiaan internasional.
5. Poros perlawanan terus bergerak
Ubaida menyoroti solidaritas front perlawanan di Lebanon, Irak, dan Yaman, dalam mendukung Palestina.
Baca juga: Drone Hizbullah Hantam Pangkalan Mata-mata Israel di Gunung Hermon, Ancaman Gallant Dianggap Remeh
Ia menyatakan, hati nurani negara-negara itu berpihak pada perlawanan Palestina.
Ubaida menambahkan, reaksi rakyat Palestina di wilayah bersejarah Palestina, Tepi Barat dan Yerusalem, tidak bisa dihindari.
"Perlawanan yang sedang berlangsung di Tepi Barat adalah respons alami Palestina terhadap genosida sistematis yang dilakukan Israel," katanya.
6. Netanyahu memanipulasi sandera Israel
Kembali membahas soal serangan 7 Oktober 2023, Ubaida mengatakan dokumen intelijen yang menunjukkan kegagalan Israel saat itu, hanya sebagian kecil dari apa yang akan diungkapnya nanti.
Ubaida berbicara kepada keluarga sandera Israel yang saat ini ditahan di Gaza.
Ia mengatakan nasib anak-anak para sandera dimanipulasi oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk keuntungan pribadinya.
Ubaida menyimpulkan dengan mengatakan, klaim kemenangan mutlak Netanyahu adalah tentang kemenangan pribadinya dan kepuasan para ekstremis di pemerintahannya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)