Fluktuasi perkiraan jumlah pejuang Hamas yang terbunuh menunjukkan ketidakpastian yang terus berlanjut di wilayah kantung Palestina tersebut.
"Sumber-sumber IDF tidak mempunyai informasi tambahan mengenai lokasi para sandera namun berharap bahwa proses penghancuran jaringan terowongan Hamas yang sedang berlangsung akan memaksa pimpinan Hamas di Gaza, Yahya Sinwar dan pejabat Hamas lainnya terpaksa ke luar ke tempat terbuka sehingga Sinwar bisa diserang dan sandera bisa diselamatkan.
Sumber IDF sangat yakin dengan cara inilah mereka menemukan Muhammad Al-Deif, terlepas dari apakah dia selamat dari serangan tersebut.
Baca juga: Tentara Israel Cabut Pernyataan Sudah Lenyapkan Muhammad Al-Deif: 4 Bulan di Khan Yunis Cuma Zonk
"Meskipun sumber-sumber IDF mengatakan kalau menghancurkan seluruh terowongan Hamas dapat memakan waktu bertahun-tahun, ada harapan bahwa peningkatan kecepatan dalam menghilangkan terowongan juga dapat memaksa Sinwar atau pihak lain yang menyandera untuk melakukan kesalahan dan mengekspos diri mereka sendiri," tulis media tersebut menyoroti strategi tidak pasti yang dilakukan IDF.
Intelijen AS: Pejuang Gaza Muncul Terus
Klaim intelijen Israel ini berbeda dari apa yang dilaporkan media Amerika Serikat (AS), mengutip perkiraan intelijen mereka, yang melaporkan kalau hanya sekitar sepertiga pejuang sayap bersenjata Hamas yang ditewaskan oleh Israel, selama perang Gaza per Mei silam.
Selain itu, bombardemen buta Israel di Jalur Gaza pada kenyataannya juga tak mampu berbuat banyak dalam menghancurkan infrastruktur Hamas karena sebagian besar jaringan terowongan kelompok tersebut masih utuh.
Baca juga: Jenderal Top Pentagon Ungkap Kebodohan Berulang Strategi Militer Israel di Gaza: Hamas Itu Ideologi
“Meskipun kemampuan komunikasi dan militer Hamas telah terdegradasi, hanya 30 hingga 35 persen pejuangnya – mereka yang merupakan bagian dari Hamas sebelum serangan 7 Oktober – terbunuh dan sekitar 65 persen terowongannya masih utuh,” tulis laporan Politico pada Rabu (22/5/2024), mengutip intelijen AS.
Laporan intelijen ini membuat Washington “semakin khawatir kalau Hamas mampu merekrut ribuan orang selama masa perang – ribuan orang selama beberapa bulan terakhir,”.
"Faktor ini memungkinkan para petempur Hamas “menahan serangan Israel selama berbulan-bulan,” menurut seseorang yang mengetahui informasi intelijen tersebut.
Israel Tak Mungkin Raih Kemenangan Mutlak
Israel sebelumnya mengklaim bahwa sekitar 12.000 pejuang Hamas dari total 30.000 orang telah terbunuh, namun hal ini dibantah oleh kelompok perlawanan.
Laporan Politico muncul hanya beberapa hari setelah seorang pejabat Pentagon, ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal CQ Brown, mengkritik Israel karena gagal mencegah kembalinya Hamas menjadi terkenal di wilayah di mana tentara Israel beroperasi.
Pekan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri AS Kurt Campbell mengatakan bahwa “kemenangan total” bagi Israel tidak “mungkin atau tidak mungkin terjadi” dalam perang ini, dan menambahkan bahwa Tel Aviv “berjuang mengenai teori kemenangan” di Gaza.
Israel mengklaim pada awal Januari kalau semua batalyon Hamas sudah dibongkar di Gaza utara, termasuk di kota utara Jabalia, tempat pasukan Israel kini beroperasi sekali lagi dan mengalami kerugian besar selama pertempuran dengan perlawanan Palestina, termasuk Brigade Qassam Hamas dan kelompok lainnya.
Baca juga: 3 Hal di Balik Remuknya Israel di Jabalia: IDF Salahkan Politisi, Qassam Kini Kuasai Jurus Hizbullah
Perlawanan masih bercokol di beberapa daerah lain di Gaza, khususnya di kota paling selatan Rafah – yang Israel sebut sebagai benteng terakhir Hamas dan di mana pasukan IDF juga menghadapi perlawanan sengit sejak Tel Aviv mengabaikan peringatan internasional selama berbulan-bulan dan melancarkan operasi di wilayah yang kota terkepung tersebut.
Baca juga: Tujuh Brigade Milisi Palestina Kumpul di Jabalia: Qassam Serang Heli Apache, Bom Tank Merkava Israel