News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Serangan Udara Israel di Zona Kemanusiaan Gaza Buat Perundingan Gencatan Senjata Terhenti Lagi

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Palestina mencari orang-orang terkasih di puing-puing tenda dan berpindah rumah, menyusul serangan militer Israel di kamp pengungsi internal (IDP) al-Mawasi, dekat kota Khan Yunis, Jalur Gaza selatan pada 13 Juli 2024. di mana 71 orang tewas. Al-Mawasi telah dinyatakan sebagai zona aman oleh Israel ketika mereka melancarkan serangan militernya di bagian lain Jalur Gaza sebagai tanggapan terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober. (Photo by Bashar TALEB / AFP)

TRIBUNNEWS.COM - Serangan udara Israel di Jalur Gaza membuat setidaknya 60 orang tewas.

Serangan tersebut membuat sekolah yang berada di "zona aman" hancur.

Padahal, lokasi "zona aman" ini ditetapkan sendiri oleh Israel saat mengumumkan evakuasi segera terhadap penduduk Gaza.

Bulan Sabit Merah mengatakan pada hari Selasa bahwa 17 orang tewas dalam sebuah pengeboman di dekat sebuah pom bensin di Mawasi.

Dikutip dari The Guardian, sebanyak 16 orang lainnya tewas dalam sebuah serangan yang menargetkan sekolah al-Awda yang dikelola PBB di kamp pengungsian Nuseirat di Gaza tengah.

Dalam sebuah pernyataan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan militan Hamas hadir di sekolah tersebut.

Belum ada komentar langsung mengenai serangan di Mawasi, tetapi militer mengatakan angkatan udara telah menyerang sekitar 40 target di Gaza pada hari Selasa.

Sayap bersenjata Hamas dan Jihad Islam Palestina, sekutu Hamas, mengatakan para pejuang mereka telah menyerang pasukan Israel di beberapa lokasi dengan roket anti-tank dan bom mortir.

Sayap bersenjata Jihad Islam mengatakan telah menembakkan rudal ke Sderot di Israel selatan, tetapi tidak ada kerusakan atau korban yang dilaporkan.

Selama dua minggu terakhir, Israel telah menyerang wilayah Palestina yang terkepung dengan beberapa pemboman paling dahsyat dalam beberapa bulan.

Serangan paling mematikan di antaranya menargetkan komandan militer Hamas, Mohammed Deif di Mawasi pada Sabtu.

Baca juga: Mesir Mempersiapkan Perang Yom Kippur Baru, Siap untuk Kejutan Militer, Kata Situs Media Israel

Dalam serangan tersebut, pasukan Israel telah menewaskan lebih dari 90 orang.

Masih belum jelas apakah Deif, yang dicari oleh Israel selama beberapa dekade, tewas dalam serangan itu.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, IDF mengatakan telah "melenyapkan" sekitar setengah dari pimpinan Hamas di Gaza dan 14.000 tentara sejak perang meletus.

Hamas belum memberikan komentar langsung atas klaim Israel tersebut.

Membunuh Deif akan menjadi dorongan moral yang sangat dibutuhkan bagi Israel, yang dalam hampir 10 bulan pertempuran sejauh ini gagal mengalahkan salah satu dari tiga pemimpin Hamas di Gaza.

Penargetan Deif dan serangan mematikan berikutnya di Gaza tampaknya telah menyebabkan kebuntuan dalam negosiasi gencatan senjata dan pertukaran sandera-tahanan yang diadakan di Qatar dan Mesir.

Pembicaraan terhenti pada hari Sabtu, kata mediator Mesir kepada media lokal.

Perundingan Gencatan Senjata Terhenti Lagi

Serangan udara Israel di kamp pengungsi al-Mawasi, sebelah barat Khan Younis (Quds News Network)

Upaya untuk mengakhiri konflik terhenti pada hari Sabtu setelah tiga hari negosiasi gagal menghasilkan hasil yang layak, kata sumber keamanan Mesir.

Dikutip dari Reuters, serangan itu menewaskan lebih dari 90 orang di daerah Khan Younis, menurut otoritas kesehatan Gaza.

Baca juga: Uni Eropa Sanksi Ekstremis Israel Atas Pelanggaran HAM Warga Palestina

Seorang pejabat Palestina yang mengetahui negosiasi tersebut mengatakan kepada Reuters, Hamas tidak ingin dianggap menghentikan perundingan meskipun serangan Israel meningkat.

"Hamas ingin perang berakhir, bukan dengan cara apa pun. Hamas mengatakan telah menunjukkan fleksibilitas yang dibutuhkan dan mendesak para mediator agar Israel membalas," kata pejabat itu.

Ia mengatakan Hamas yakin Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencoba menghindari kesepakatan dengan menambahkan lebih banyak persyaratan yang membatasi kembalinya orang-orang terlantar ke Gaza utara.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan pada hari Senin bahwa dua penasihat senior Netanyahu mengatakan Israel masih berkomitmen untuk mencapai gencatan senjata.

Namun, seorang sumber mengatakan Netanyahu secara aktif telah menyabotase kemungkinan terjadinya kesepakatan tersebut.

Sumber itu mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa Netanyahu melakukan hal tersebut guna mencegah runtuhnya pemerintahannya.

Baca juga: Israel Mengatakan Pelabuhan Eilat ‘Bangkrut’ Setelah Berbulan-bulan Alami Blokade Laut oleh Houthi

Maka dari itu, kata sumber tersebut, Netanyahu memperkenalkan dua elemen baru dalam negosiasi.

Pertama, Netanyahu menegaskan bahwa IDF harus tetap mengendalikan zona penyangga kritis antara Mesir dan Gaza yang dikenal dengan Koridor Philadelphia.

Lalu yang kedua, Netanyahu juga menuntut agar pasukan Hamas bersenjata tidak diizinkan kembali ke Gaza utara.

Menurut beberapa sumber, Israel telah mencapai kesepakatan dengan Mesir untuk menggunakan gabungan sensor di atas tanah di Koridor Philadelphia.

Mereka juga membuat penghalang tebal di bawah tanah untuk menghalangi Hamas mempersenjatai kembali pasukannya.

Baca juga: Israel Pertama Kalinya Mengkonfirmasi Banyak Tank Hancur dan Rusak Diakibatkan oleh Perlawanan Gaza

Bahkan, penghalang itu akan tetap ada meski pasukan IDF menyerahkan wilayah tersebut kepada gabungan pasukan Mesir dan mungkin Uni Emirat Arab.

Lebih jauh lagi, Hamas masih memiliki sejumlah besar senjata di Gaza utara.

Dengan demikian, sumber mengatakan pasukan Hamas tidak perlu secara fisik membawa senjata kembali ke Gaza utara, sehingga mencegah mereka kembali dengan membawa senjata fisik tidak akan menghasilkan apa-apa selain slogan-slogan politik.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini