Pakar Militer: Taktik Licik Israel Setiap Mau Berunding Terbaca Milisi Palestina, Heli Apache Kena SAM 7
TRIBUNNEWS.COM - Pakar militer dan ahli strategi asal Yordania, Nidal Abu Zaid, menggambarkan situasi di Gaza selama 48 jam terakhir.
Menurutnya, kondisi yang ada saat ini konsisten dengan pernyataan kantor pengambilan keputusan militer pendudukan Israel (IDF), yang mengatakan: Tekanan militer terhadap milisi perlawanan Palestina akan terus memaksa mereka untuk menerima kesepakatan pertukaran.
Baca juga: Terpojok di Tal Al-Hawa, Pasukan Israel Mundur Seusai Jatuh Korban Diberondong Senapan Mesin Qassam
Baca juga: Buah Simalakama Israel, Perlawanan Tepi Barat Berkobar Saat Petempur Gaza Masih Menyala
Dia menjelaskan kalau peningkatan intensitas operasi militer Israel di semua sumbu tempur di Gaza secara bersamaan dengan serangan udara dari pesawat pendudukan Israel merupakan strategi berulang yang dijalankan IDF setiap kali ada agenda perundingan gencatan senjata.
Intensifnya operasi militer dan serangan udara IDF ini menimbulkan banyak korban baru di kalangan warga sipil Palestina yang merupakan tekanan tersendiri bagi Hamas untuk menyetujui proposal yang diajukan Israel.
"Bahwa peningkatan intensitas pertempuran ini bertepatan dengan persiapan delegasi (mediator) untuk melakukan perundingan dengan pergi ke Roma untuk menyelesaikan putaran perundingan baru," katanya dilansir Khaberni, Sabtu (27/7/2024).
Baca juga: Media Israel: Netanyahu Sengaja Persulit Negosiasi Gencatan Senjata, Pertaruhkan Nyawa Para Sandera
Meski begitu, Abu Zaid mengatakan, "Tampaknya semua indikator menunjukkan bahwa peluang keberhasilannya kali ini lebih besar daripada peluang kegagalannya."
Taktik Licik IDF Terbaca, Penyergapan Juga Kian Intensif
Mengenai manuver milisi perlawanan Palestina, Abu Zaid menyatakan kalau pihak milisi Palestina telah menyadari langkah-langkah dan taktik tentara pendudukan Israel.
Dijelaskan, jika tentara Israel secara licik mengintensifkan serangan yang menimbulkan jatuhnya banyak korban sipil Palestina, maka milisi perlawanan Palestina juga menggunakan momen naiknya skala operasi militer IDF itu untuk meningkatkan penyergapan.
Baca juga: Terpojok di Tal Al-Hawa, Pasukan Israel Mundur Seusai Jatuh Korban Diberondong Senapan Mesin Qassam
"Milisi Palestina menggunakan ruang pertempuran dan taktik yang telah meningkatkan tingkat kerugian tentara pendudukan Israel, karena jumlah korban mencapai 13 orang dalam 24 jam terakhir," katanya.
Baca juga: VIDEO Penyergapan Maut Al Qassam Part 2 di Kamp Yabna, 24 IDF Ambruk dalam Sepekan, Ashkelon Meledak
Abu Zaid menyoroti kemampuan tempur milisi perlawanan Israel yang masih mampu melakukan penyergapan, seperti yang terjadi di kamp Yabna dan di Shaboura.
Baca juga: Jebakan Terowongan Kembali Rontokkan IDF di Rafah, Senapan Runduk Ghoul Al Qassam Makan Korban Lagi
Hal yang menjadi sorotan adalah serangan roket di Jalur Gaza.
"Yang juga patut diperhatikan adalah penargetan helikopter pendudukan dengan rudal SAM 7, dengan keberhasilan dimensi media milisi perlawanan untuk terus menyiarkan pesan-pesan perlawanan meskipun perang telah berlangsung 295 hari dan terlepas dari semua berita yang diumumkan oleh pendudukan tentang kekalahan perlawanan," katanya.
Target Berikutnya Netanyahu Adalah Gallant
Abu Zeid dalam wawancaranya, dilansir Khaberni mengatakan kalau kebingungan di tingkat politik dan militer Israel semakin dalam dan sangat terlihat dalam pernyataan yang saling bertentangan tentang keinginan politisi untuk melanjutkan operasi militer sementara keinginan militer untuk menempuh jalur diplomatik.
Pertentangan ini dapat mengarah pada Netanyahu untuk memanfaatkan masa reses Knesset, yang dimulai besok, Minggu, untuk memecat Menteri Pertahanan Yoav Galant dan menggantikannya dengan Gideon Sa'ar.
Tampaknya, Netanyahu mencoba berinvestasi secara politik untuk memenangkan dukungan Sa'ar, yang memiliki 4 kursi di Knesset.
Ini (menggaet Sa'ar) dilakukan Netanyahu untuk menghadapi tentangan dari Ben Gvir dan Smotrich sebagai akibat dari kesepakatan dalam perundingan, jika itu terjadi. Dan di sisi lain, untuk menyingkirkan Gallant, yang semakin menjauh dari keinginan Netanyahu dan sayap kanan ekstremis.
Baca juga: Media Israel: Netanyahu Gelar Rapat Rahasia, Mau Pecat Yoav Gallant Tapi Takut Didemo Besar-besaran
(oln/khbrn/*)