Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV – Menteri luar negeri Israel, Israel Katz, mendesak pimpinan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk mencoret Turki dari daftar anggota pakta.
Desakan ini dilontarkan Menlu israel buntut pernyataan Presiden Turki Tayyip Erdogan yang mengancam akan mengirimkan pasukan ke Israel, dengan dalih membantu warga Palestina di medan Gaza.
"Mengingat ancaman Presiden Turki Erdogan untuk menginvasi Israel dan retorikanya yang berbahaya, kami menginstruksikan para diplomat untuk segera bekerja sama dengan semua anggota NATO, menyerukan kecaman terhadap Turki dan menuntut pengusirannya dari aliansi regional tersebut," kata Katz.
Baca juga: Tentara Israel Boyong Lusinan Baterai Iron Dome ke Utara, Hizbullah Gerak Cepat Amankan Petinggi
Tak hanya mengancam kedaulatan Tel Aviv, menurut Katz Ankara diam-diam telah bersekutu dengan 'poros kejahatan Iran untuk menghancurkan benteng pertahanan Israel. Alasan ini yang mendorong negara Zionis itu untuk membujuk NATO agar Turki segera dikeluarkan dari pakta.
Sebelumnya, Katz sempat melayangkan ancaman kepada Presiden Turki agar tidak bertindak agresif, jika tidak ingin menghadapi nasib yang sama seperti mantan Presiden Irak Saddam Hussein. Namun gertakan tersebut tampaknya tak membuat Turki mundur.
“Erdogan akan mengikuti jejak Saddam Hussein jika terus mengancam akan menyerang Israel. Ia harus mengingat apa yang terjadi di sana dan bagaimana itu berakhir," tulis Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, dikutip dari The Times Of Israel.
Belum jelas kapan Turki akan mengirimkan pasukan untuk menggempur Israel, namun pernyataan Erdogan mengancam kedaulatan Tel Aviv hingga Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, meminta NATO bertindak atas ucapan Erdogan.
Turki Putus Hubungan Dengan Israel
Meskipun mereka pernah menjadi sekutu regional yang dekat, hubungan antara Israel dan Turki telah memburuk selama lebih dari satu dekade. Konflik keduanya semakin memanas setelah pemerintah Turki menjadi salah satu tokoh paling vokal melemparkan kritik keras terhadap serangan Israel ke Gaza.
Ia bahkan kerap menyinggung operasi militer Israel yang telah memicu genosida massal. Untuk mendukung hak-hak warga Palestina, Erdogan bahkan menolak rencana pembentukan zona penyangga pasca perang yang digagas Israel.
Turki bahkan nekat menghapus Israel dari daftar negara target ekspornya. Imbas pemutusan tersebut semua transaksi dan kerja sama impor dan ekspor terkait dengan Israel resmi dihentikan mulai awal Mei lalu. Memangkas pemasukan negara yang diperkirakan bernilai 7 miliar dolar AS atau setara Rp 111,7 triliun.