Seorang anggota biro politik Gerakan Perlawanan Hamas, Khalil Al-Hayya mengatakan kalau pembunuhan Ismail Haniyeh bukanlah peristiwa intelijen yang bisa dibanggakan Israel.
Ismail Haniyeh, tidak berada di lokasi rahasia ketika dia dibunuh di Teheran.
Al-Hayya menjelaskan Haniyeh juga tetap bertemu dan berkomunikasi dengan delegasi dan pengunjung di tempat umum di sebuah wisma di Iran yang biasa dia kunjungi.
Al-Hayya menunjukkan kalau mendiang Haniyeh mengunjungi banyak negara seperti Rusia, Aljazair, Mauritania, Qatar, Iran, Malaysia, Mesir, Turki, Lebanon dan Maroko.
Dia berkata, "Iran, Lebanon, dan kelompok perlawanan tidak akan pernah mentolerir kejahatan Israel."
Dia menekankan bahwa Hamas dan kelompok perlawanan menjalankan strategi yang jelas dan tidak akan menyimpang dengan kemartiran para pemimpinnya.
“Siapapun yang membawa bendera akan berjalan di jalur yang sama, dan kami akan terus berada di jalur perlawanan,” katanya.
Dia menunjuk pada pembicaraan “para saksi yang bersama Haniyeh tentang sebuah rudal yang memasuki ruangan di mana Haniyeh berada dan langsung mengenai dia. Tempat itu menjadi sasaran penghancuran kaca, jendela dan dinding, dan mereka yang bersamanya di dalam rumah bersaksi tentang hal itu."
Mossad Leluasa di Iran
Para analis mengatakan bahwa pembunuhan pemimpin politik gerakan Hamas Ismail Haniyeh di Teheran mengungkap sejauh mana infiltrasi Israel ke Iran.
Selama ini, Haniyeh tinggal di Qatar.
Dia pergi ke Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada 30 Juli 2024.
Menurut Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), Haniyeh dibunuh pada dini hari 31 Juli 2024 di sebuah rumah besar di Teheran utara.
Hamas mengklaim bahwa Israel melakukan pembunuhan ini.
Israel biasanya tidak membenarkan atau menyangkal kegiatan rahasia di luar negeri.