TRIBUNNEWS.COM - Bagi Iran, pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh 'lebih serius' dari pada serangan Israel ke Gedung Konsulat Teheran di Damaskus, Suriah.
Rudal menghantam Gedung Konsulat Iran dan menewaskan 16 orang pada Senin (1/4/2024) kemarin.
Terdapat dua warga sipil di antara korban tewas.
Serangan udara Israel itu menghancurkan gedung konsuler di kompleks Kedutaan Besar Iran di Damaskus
Serangan yang menuai ancaman balasan dari Teheran.
Belum lama ini, seorang peneliti senior di Pusat Kebijakan Internasional, bernama Negar Mortazavi melempar pertanyaan tentang: bagaimana - bukan apakah - Iran akan menanggapi pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran?
Menurutnya, wilayah ini telah berada dalam situasi genting selama sembilan bulan terakhir.
"Perang terus meletus, meskipun perjalan ke berbagai medan dan ini merupakan titik balik lain yang dapat menyebabkan eskalasi besar," paparnya kepada Al Jazeera.
"Iran jelas melihat pembunuhan Ismail Haniyeh sebagai pelanggaran batas merah yang besar bahkan lebih jauh dari apa yang terjadi pada bulan April ketika Israel menyerang Konsulat Iran di Suriah. Kemudian Iran membalas dengan menyerang Israel dari wilayahnya," lanjutnya.
Dia menambahkan, Iran melihat pembunuhan Ismail Haniyeh sebagai eskalasi yang lebih serius karena terjadi di dalam wilayah Teheran.
"(Pembunuhan Ismail Haniyeh) terhadi di jantung Ibu Kota, terhadap tamu penting dan juga setelah peristiwa politik besar; pelantikan Presiden Iran," beberanya.
Baca juga: Ismail Haniyeh Dimakamkan, Senior Hamas: Perlawanan Tak Akan Berakhir dengan Syahidnya Pemimpin Kami
Dia juga mencatat pembunuhan Haniyeh terjadi beberapa jam setelah serangan Israel yang menewaskan Komandan Hizbullah Fuad Shukr di Beirut pada Selasa (30/7/2024) malam.
"Ini adalah pembunuhan ganda di dua ibu kota besar, Beirut dan Teheran, yang terjadi pada hari yang sama," paparnya.
"Jadi, saya pikir kita harus mengharapkan tanggapan dari kumpulan orang dari apa yang disebut poros perlawanan."