TRIBUNNEWS.COM - Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) mengungkap negara-negara yang membantu Ukraina dalam melancarkan invasinya ke Kursk, wilayah Rusia yang berbatasan dengan Ukraina.
Ukraina memulai invasinya ke Kursk pada awal Agustus setelah menargetkan wilayah itu berulang kali menggunakan drone.
"Negara-negara NATO membantu Ukraina merencanakan dan melaksanakan serangan yang sedang berlangsung ke Wilayah Kursk," kata SVR yang dirilis surat kabar Izvestia, Rabu (21/8/2024).
Rusia sebelumnya menuduh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya yang mungkin membantu Ukraina untuk menyerang Kursk.
Setidaknya 31 warga Rusia tewas dalam invasi Ukraina di Kursk.
Selain itu, 143 orang lainnya mengalami cedera dan 79 orang dirawat di rumah sakit, termasuk empat anak-anak.
SVR mengatakan serangan itu dibantu oleh AS, Inggris, dan Polandia.
"Berdasarkan informasi yang tersedia, operasi Angkatan Bersenjata Ukraina di Wilayah Kursk dipersiapkan dengan melibatkan badan keamanan AS, Inggris, dan Polandia," kata SVR.
Menurut SVR, unit Ukraina yang melintasi perbatasan Kursk pada awal Agustus ini telah menjalani pelatihan di Inggris dan Jerman.
"Penasihat militer dari negara-negara NATO membantu koordinasi unit-unit penyerang dan penggunaan senjata Barat oleh Ukraina," kata badan tersebut.
SVR mengatakan NATO telah memberikan data satelit kepada Ukraina tentang pergerakan pasukan Rusia.
Baca juga: Parlemen Rusia Akan Larang Siaran Deutsche Welle
Ukraina Jebol Pertahanan Rusia di Kursk
Ukraina berhasil membobol pertahanan Rusia dengan memasuki wilayah Kursk yang berbatasan dengan Ukraina pada awal Agustus 2024.
Pasukan Ukraina menyerang pos penjaga perbatasan Rusia dan menyerbu beberapa desa, termasuk kota Sudzha yang dihuni 5.000 orang sebelum invasi tersebut.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengklaim pasukannya berhasil menduduki setidaknya 92 permukiman di Kursk.
Ia menegaskan militer Ukraina akan membangun zona penyangga dan menempatkan kantor komando di Kursk.
Panglima Angkatan Darat Ukraina, Oleksandr Syrskyi, menegaskan langkah itu untuk menekan Presiden Rusia, Vladimir Putin agar mengakhiri perangnya di Ukraina dan mencatat bahwa Ukraina tidak berniat mencaplok wilayah Rusia.
Sementara itu, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia, Valery Gerasimov, mengklaim kemajuan pasukan Ukraina di Kursk telah terhenti sejak 6 Agustus 2024, seperti diberitakan Ura News.
Moskow mengatur evakuasi warga sipil dari daerah yang terkena dampak dan mengerahkan pasukan tambahan untuk mengusir pasukan Ukraina.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)