Peristiwa penting dalam sejarah adalah insiden penembakan C-130 1958, di mana pesawat pengintai C-130A-II-LM Amerika ditembak jatuh oleh empat MiG-17 Soviet, seperti yang dikutip dari EurasianTimes.
Insiden ini jadi bukti betapa berisiko tinggi dari Perang Dingin, periode yang ditandai oleh persaingan dan spionase yang intens antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Setelah Perang Dunia II, Uni Soviet, yang pernah menjadi sekutu penting, dengan cepat berkembang menjadi musuh yang tangguh bagi Amerika Serikat.
Sifat tertutup masyarakat Soviet membuat para pemimpin AS hampir tidak mungkin untuk mengukur sepenuhnya tingkat ancaman Soviet.
Untuk mengatasi tantangan ini, Amerika Serikat terlibat dalam berbagai operasi intelijen, yang banyak di antaranya melibatkan pengintaian udara.
Meskipun ada senjata nuklir, yang enggan digunakan oleh kedua belah pihak, Perang Dingin sering kali berubah menjadi "panas" dalam pertikaian regional ini.
Dalam suasana yang menegangkan ini, AS dan Uni Soviet terus-menerus menyelidiki kekuatan dan kelemahan militer, politik, dan diplomatik masing-masing.
Informasi sangat penting dalam pertempuran untuk supremasi. Pengintaian udara menjadi alat penting untuk mengumpulkan intelijen tentang kemampuan Soviet.
Misi berbahaya ini melibatkan berbagai pesawat yang melewati perbatasan Uni Soviet untuk mengumpulkan intelijen fotografi dan sinyal.
Pesawat yang tidak bersenjata dan rentan harus terbang cukup dekat untuk mengumpulkan data yang diperlukan sambil menghindari wilayah udara Soviet.
Di sisi lain, pesawat tempur Soviet selalu mencari pesawat seperti itu, memanfaatkan setiap kesempatan untuk menembak jatuh pesawat AS.
Pada dini hari tanggal 2 September 1958, kru dari Skuadron Dukungan ke-7406 bersiap untuk apa yang mereka yakini sebagai penerbangan pengintaian rutin di sepanjang perbatasan Turki-Armenia.
Meskipun skuadron tersebut bermarkas di Pangkalan Udara Rhein-Main di Jerman, skuadron tersebut ditempatkan sementara di Incirlik, Turki, untuk misi ini.
Awak penerbangan 60528 beragam, mulai dari Sersan Mayor Petrochilos, veteran Perang Dunia II yang berpengalaman, hingga Penerbang Bourg dan Moore, yang baru saja memulai karier militer mereka.