TRIBUNNEWS.COM - Risiko terjadinya perang besar di Timur Tengah meningkat setelah Israel melancarkan serangan militer terhadap Hizbullah di Lebanon dan Jalur Gaza pada Senin, (26/8/2024).
Ketegangan ini makin memuncak menyusul aksi balasan dari Hizbullah yang meluncurkan ratusan roket dan pesawat tak berawak ke wilayah Israel.
Meski serangan tersebut hanya menimbulkan kerusakan kecil di Israel, dampaknya sangat besar terhadap warga sipil Palestina dan Lebanon yang terus-menerus menjadi korban konflik ini.
Seperti yang diberitakan Reuters, serangan ini menciptakan ketegangan yang memuncak di kawasan, dengan banyak pihak memperingatkan kemungkinan eskalasi yang lebih luas.
Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat sekaligus Kepala Staf Gabungan, C.Q. Brown, mengakui bahwa Iran masih menjadi ancaman signifikan di wilayah tersebut.
Iran diketahui sedang mempertimbangkan serangan terhadap Israel sebagai balasan atas pembunuhan seorang pemimpin Hamas di Teheran bulan lalu yang diduga dilakukan oleh Israel.
"Meskipun ada penurunan risiko dalam jangka pendek, situasi ini masih sangat rentan terhadap eskalasi lebih lanjut, terutama dengan sekutu-sekutu Iran di wilayah seperti Irak, Suriah, dan Yaman yang telah melakukan serangan terhadap pasukan Amerika Serikat serta Israel," ujar Brown dalam keterangannya setelah melakukan perjalanan ke Timur Tengah.
Houthi di Yaman, yang juga mendapat dukungan dari Iran, telah menargetkan kapal-kapal di Laut Merah dan bahkan menembakkan pesawat tak berawak ke Israel.
Ancaman ini makin memperburuk situasi yang sudah kritis di kawasan tersebut.
Iran telah bersumpah untuk memberikan balasan keras atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, saat kunjungannya ke Teheran pada akhir Juli.
Meskipun demikian, Iran tampaknya berhati-hati untuk tidak menciptakan konflik yang lebih luas, dengan keputusan akhir berada di tangan pemimpin politik Iran.
Konflik yang berlangsung selama 11 bulan antara Hamas dan Israel telah menyebabkan kehancuran besar di Gaza dan memicu bentrokan perbatasan yang lebih luas.
Serangan Israel yang terus berlanjut di Gaza tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga menghancurkan harapan rakyat Palestina akan perdamaian dan stabilitas di tanah air mereka.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden berupaya membatasi dampak perang ini, tetapi ketegangan di kawasan Timur Tengah terus meningkat, membawa risiko konflik yang lebih luas dan tidak terkendali.
(mg/Saifuddin Herlanda Abid)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)