“Kami sebenarnya berada dalam jarak beberapa menit lebih dari sekali,” katanya.
“Kami menemukan melalui operasi likuidasi lainnya, Sinwar tidak akan berada di bawah tanah di terowongan atau area bawah tanah khusus selama lebih dari 24 hingga 36 jam setiap kalinya," lanjutnya.
Shalom Ben Hanan menekankan militer Israel memiliki peralatan canggih untuk mendeteksi keberadaan Yahya Sinwar di dalam terowongan.
“Dia tahu bahwa kita dapat menemukan situs bawah tanah tersebut melalui teknologi canggih. Dia tahu bahwa jika dia membuat kesalahan atau kami menemukan sumber yang memberi tahu kami lokasinya, kami akan menghubunginya dan menjadi fatal baginya," katanya, dikutip dari Hona Israel.
Shalom Ben Hanan juga merujuk pada dugaan pembunuhan pemimpin Brigade Al-Qassam, Mohammed Al-Deif, yang diklaim tewas oleh militer Israel dalam agresinya di Kamp Al-Mawasi, Jalur Gaza, pada 13 Juli 2024.
Namun, ia belum dapat memverifikasi informasi tersebut dan masih mencari kebenarannya.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 40.405 jiwa dan 93.356 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (26/8/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel