TRIBUNNEWS.COM -- Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov ditangkap oleh aparat Prancis saat mendarat di Bandara Paris-Le Bourget di dekat Kota Paris.
Durov dibekuk bersama seorang wanita temannya dan langsung ditahan di kota tersebut.
Belakangan identitas sang wanita diketahui bernama Yulia Vavilova. Kepada polisi, Vavilova menggambarkan dirinya sebagai seorang pelatih kripto dan streamer dari Dubai.
Baca juga: Pavel Durov Ditangkap di Prancis, Telegram Sebut sang CEO Tak Sembunyikan Apapun
Meskipun Durov belum resmi mengumumkan hubungan dengan Vavilova, namun keduanya beberapa kali sempat terlihat berdua. Mereka menunjukkan kedekatannya.
Media-media Barat pun menyebutkan bahwa Vavilova sering terlihat pada beberapa kesempatan dan berada di jet pribadi bersamanya ketika mereka mendarat di Paris.
Pria asal Rusia yang memiliki sejumlah kewarganegaraan ini akhirnya ditangkap dengan tuduhan gagal memblokir kegiatan-kegiatan kejahatan yang memanfaatkan aplikasi Telegram sebagai alat komunikasinya.
Pihak berwenang Prancis ternyata memanfaatkan wanita ini untuk mendeteksi keberadaan sang pendiri Telegram.
Wanita berusia 24 tahun yang kini menetap di Dubai Uni Emirat Arab itu melaporkan bagaimana dia mendokumentasikan perjalanannya dengan Durov di media sosial yaitu Instagram.
Melalui jejak-jejak digital tersebut polisi Prancis mengumpulkan informasi berharga yang akhirnya memungkinkan mereka menangkap pendiri kripto yang berpengaruh tersebut.
Vavilova baru-baru ini menemani pendiri Telegram tersebut ke Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Azerbaijan.
Baca juga: Bos Telegram Pavel Durov Terancam Penjara 20 Tahun
Selama perjalanan tersebut, ia terus berbagi foto dan data geolokasi penting dari berbagai petualangan mereka dengan para pengikutnya di media sosial.
Jadi, ketika Durov, dengan membawa sertanya, akhirnya mendarat di Paris, pihak berwenang dengan mudah menangkap mereka sebelum menahan pendiri Telegram tersebut.
Ternyata, jejak digital Vavilova terbukti penting, yang memungkinkan otoritas Prancis melacak pergerakan Durov.
Russia Today melaporkan, Durov dituduh gagal mengekang aktivitas kriminal di platformnya.
Mengomentari penangkapan Durov, Telegram mengumumkan pada hari Minggu bahwa perusahaan tersebut mematuhi hukum Uni Eropa dan kebijakan moderasi konten, seraya menambahkan bahwa "tidak masuk akal" untuk mengklaim bahwa Durov bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform oleh pelaku kejahatan.
TON Langsung Anjlok
Penangkapan dan penahanan Durov mengejutkan dunia kripto. Para pendukung Durov bersikeras bahwa penangkapan tersebut merupakan serangan langsung terhadap kebebasan berbicara dan hak privasi.
Setelah penangkapan tersebut, TON, mata uang asli Jaringan TON aset kripto besutan Pavel Durov, turun tajam.
Menurut CoinMarketCap, TON turun 17 persen dalam seminggu terakhir.
Sejak titik terendah Februari, TON naik 180%, dan para pedagang memprediksi lebih banyak keuntungan dalam jangka pendek hingga menengah.
Penahanan Durov yang berkelanjutan diramal akan memengaruhi valuasi TON.
Namun, bagaimana TON, yang terkait erat dengan Telegram, menavigasi badai ini akan memiliki pengaruh yang lebih besar pada koin tersebut.
Aktivitas Tonchain telah meningkat pesat dengan keberhasilan Notcoin, "Pembaruan Airdrop Hamster Kombat dan Jangan Lewatkan Prapenjualan PlayDoge"
Selain itu, tim mendukung USDT, yang berarti DeFi akan segera terbentuk melalui ekosistem Tonchain.