Thermite buatan perusahaan itu diklaim bisa membakar logam setebal 4 mm dalam waktu kurang dari 10 detik.
Amerika Serikat (AS) juga membuat thermite yang digunakan dalam granat.
Kendati AS adalah pemasok utama senjata Ukraina, belum diketahui dengan pasti apakah AS mengirimkan senjata berbahan thermite kepada Ukraina.
Legalitas penggunaannya
Dampak yang ditimbulkan thermite mirip dengan dampak yang dimunculkan oleh zat pembakar lainnya, misalnya fosfor putih dan napalm.
Penggunaan drone naga untuk menyerang lawan saat perang tidak dilarang. Akan tetapi, penggunaan zat pembakar terhadap warga sipil dilarang.
Selain itu, zat pembakar dilarang digunakan untuk menyerang target militer yang berada di area padat penduduk atau area hutan, kecuali hutan itu diyakini menjadi tempat bersembunyi lawan.
Meski demikian, Kantor PBB untuk Urusan Pelucutan senjata mengatakan penggunaan zat pembakar tidak dianjurkan.
Api yang muncul akan susah dijinakkan dan bisa berdampak terhadap warga sipil serta merusak lingkungan.
AOAV mengklaim Ukraina sejauh ini hanya menggunakan thermite untuk menyerang target militer.
Rusia juga disebut pernah menggunakan thermite saat menyerang Kota Vuhledar di Ukraina pada bulan Maret 2023.
Menurut AOAV, bom thermite sangat berbahaya karena dampaknya susah dibendung. Oleh karena itu, AOV menyebut thermite seharusnya tidak digunakan.
Sementara itu, beberapa pakar mengatakan drone naga akan lebih memunculkan dampak psikologis ketimbang kerusakan fisik.
"Bayangkan tiba-tiba muncul hujan api dari langit, dan tidak ada yang bisa kalian lakukan untuk menghentikannya. Kalian tidak bisa memadamkannya dengan api. Kawan kalian berteriak, terbakar, seperti obor manusia," kata pakar sejarah bernama Emil Kastehelmi di X.
(Tribunnews/Febri)