Yudi—sapaan akrabnya—tinggal di kawasan yang berdekatan dengan konsesi-konsesi sawit.
Menurutnya, kebijakan-kebijakan pemerintah harus menggunakan dengan pendekatan konservasi, bukan cuma menggunakan pendekatan pemulihan. Artinya, kondisi gambutnya harus rusak dulu, baru akan ada pendampingan di kawasan gambut yang rusak.
“Di kawasan saya, kita disini mencoba dengan pendekatan preventif dengan mengajak masyarakat di sekitar lingkungan gambut. Untuk menjaga gambut yang belum rusak lebih masif,” ujarnya.
Yudi bilang tidak mudah menjaga konsistensi dalam gerakan pelestarian. Maka itu, dukungan pemerintah sangat dibutuhkan.
Dari Jambi, provinsi lainnya yang dinyatakan rawan karhutla, Ponirin mengatakan karhutla terparah sampai saat ini terjadi di tahun 2019. Ketika itu, dia dan kawan-kawannya membagi-bagikan masker untuk warga.
Ponirin berkecimpung dalam komunitas lingkungan di Desa Delima, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Bulan lalu, kabupaten yang sama, terjadi karhutla di dua lahan dengan total luas 40 hektare.
Tahun ini, menurut dia, karhutla yang terjadi "belum terlalu parah".
"Cuma yang jadi masalah itu ya kejadian itu berulang di daerah situ-situ terus," ujarnya kepada wartawan Suwandi yang melaporkan untuk BBC News Indonesia pada Senin (16/09).
Dari hasil pantauannya dan rekan-rekannya, kanal-kanal di area gambut yang dibuat oleh perusahaan memiliki kedalaman yang melebihi batas yang ditentukan pemerintah sehingga menyebabkan lahan gambut menjadi kering.
"Ada sih sebagian perusahaan yang menjalankan, tapi sebagian juga tidak," ujar Ponirin.
Jokowi “gagal” tangani karhutla
Para pegiat lingkungan menilai Presiden Joko Widodo “gagal” menangani karhutla yang terjadi di Indonesia selama 10 tahun pemerintahannya.
WALHI Nasional menganggap belum ada upaya serius pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk menjawab persoalan kebakaran hutan dan lahan.
Ketika Jokowi meminta dukungan pada periode pertama pencalonannya sebagai presiden, Manager Kampanye Hutan dan Kebun WALHI Nasional Uli Arta Siagian mengatakan “karhutla menjadi poin utama yang disampaikan WALHI”.