News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Menhan Gallant Sebut Waktu untuk Cegah Perang Israel-Lebanon Hampir Habis, Ketua DPR Ejek Israel

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon meluncurkan roket ke Israel

TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan waktu untuk mencegah perang Israel-Lebanon hampir habis.

Pernyataan itu disampaikannya dalam rapat dengan utusan AS bernama Amos Hochstein di Kota Tel Aviv, Israel, Senin (16/9/2024),

Gallant berkata serangan ke Lebanon adalah satu-satunya cara agar warga Israel utara bisa kembali ke rumah mereka dengan aman.

Menurut Gallant, waktu untuk perundingan dengan kelompok Hizbullah di Lebanon yang terus menyerang Israel kini hampir habis.

“Hizbullah terus melekatkan dirinya pada Hamas,” ujar Gallant di media sosial X.

“Jadi, satu-satunya cara yang tersisa untuk memastikan kepulangan warga Israel utara ke rumah mereka adalah melalui tindakan militer.”

Dalam percakapan lewat telepon dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin, Gallant juga menyebut waktu untuk mewujudkan kesepakatan dengan Hizbullah hampir habis.

Russia Today mengatakan saat ini sudah ada lebih dari 60.000 warga Israel yang mengungsi sejak Hizbullah mulai menyerang Israel utara.

Hizbullah mengatakan serangan itu adalah bentuk dukungan kepada warga Palestina di Gaza. Menurut Hizbullah, serangan akan dihentikan apabila perang di Gaza diakhiri.

Di sisi lain, Israel melancarkan serangan ke Kota Beirut, Lebanon, pada bulan Juli lalu. Serangan itu menewaskan beberapa pejabat Hizbullah, termasuk panglima bernama Fuad Shukr.

Gallant dan pejabat Israel lainnya sudah mengancam akan menginvasi Lebanon. Akan tetapi, Iran mengancam akan mengobarkan perang besar jika Israel menyerang Lebanon.

AS sebagai sekutu dekat Israel meminta negara Zionis itu untuk tidak memperluas operasi militer ke Lebanon. AS mengatakan serangan itu bisa memicu konflik baru di Timur Tengah.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken berujar negaranya bertekad mencegah terjadinya konflik lebih besar di kawasan itu.

Sementara itu, saat bertemu dengan Gallant, Hochstein mengatakan AS lebih memilih solusi diplomatik. Dia memperingatkan bahwa serangan terhadap Hizbullah tak akan bisa mengembalikan para sandera.

Adapun Hizbullah mengaku tidak ingin mengobarkan perang besar. Meski demikian, Hizbullah akan bertempur jika Israel menyerang.

Israel ingin buat zona penyangga

Pada hari Senin media Israel melaporkan, komando militer utara Israel menyarankan adanya operasi militer cepat di perbatasan Israel-Lebanon untuk membuat buffer zone atau zona penyangga di Lebanon selatan.

Sementara itu, Ketua DPR Lebanon Nabib Berri mengejek Israel. Dia mengatakan keinginan Israel untuk membuat zona penyangga di Lebanon hanyalah sebuah “mimpi”.

Berri menyebut Lebanon sudah terbiasa mendengar ancaman yang dilontarkan Israel.

Kemudian, dia mengesampingkan kemungkinan adanya serangan darat Israel ke Lebanon. Kata dia, Lebanon justru ingin bertempur melawan Israel di darat.

“Pertempuran darat secara langsung dan berhadap-hadapan melawan Israel adalah hal yang kami harapkan dan bagi kami hal itu jauh lebih baik daripada saling melepaskan tembakan,” ujar Berri dikutip dari Naharnet.

“Musuh tahu bahwa mereka akan membayar mahal jika berusaha bergerak maju di darat. Itulah mengapa saya mengesampingkan kemungkinan bahwa mereka akan memilih opsi seperti itu, kecuali mereka ingin melakukan tindakan bodoh.”

Baca juga: Utusan AS Peringatkan Israel untuk Tak Serang Hizbullah Lebanon, Sebut Zionis Akan Gagal

Dia juga menyinggung serangan rudal yang diluncurkan kelompok Houthi di Yaman ke Tel Aviv. Rudal itu menempuh jarak 2.040 km sebelum menghantam ibu kota Israel.

Menurut Berri, serangan itu seharusnya mendorong Netanyahu kembali membuat pertimbangan sebelum memulai “petualangan sembrono untuk melawan Hizbullah”.

“Jika satu rudal dari Yaman bisa memunculkan dampak di dalam entitas Israel, bagaimana jika hujan rudal dari suatu wilayah di dekat Palestina yang diduduki?” kata dia.

(Tribunnews/Febri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini