TRIBUNNEWS.COM - Kelompok Houthi atau Ansarallah mengatakan Yaman siap mengirim ribuan pejuang terlatih ke Lebanon guna membantu Hizbullah melawan Israel jika memang dibutuhkan.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Presiden Otoritas Media Houthi, Nasr El-Din Amer kepada kantor berita Shehab News.
“Kami akan membantu mereka (Hizbullah) dengan cara yang sama seperti kami membantu saudara kami dalam gerakan perlawanan di Palestina,” kata Amer pada hari Senin, (16/9/2024), dikutip dari Press TV.
Houthi mulai melancarkan serangan ke Israel sejak perang di Jalur Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023.
Kelompok itu juga menyerang kapal-kapal terafiliasi dengan Israel di Laut Merah. Houthi mengatakan serangan itu adalah bentuk dukungan kepada warga Palestina di Gaza.
Sama seperti Houthi, Hizbullah juga merecoki Israel dengan serangan rudal dan pesawat nirawak.
Adapun pernyataan Amer itu disampaikan setelah Israel berkali-kali mengancam akan menyerang Hizbullah dan mengobarkan perang besar di Lebanon.
“Kami berupaya meningkatkan kemampuan kami untuk menyerang target apa pun di seluruh wilayah Palestina yang diduduki dan kami mengupayakan ini dengan cepat,” ucap Amer.
Dia juga buka suara mengenai serangan Houthi pada bulan Juli lalu di ibu kota Israel.
Serangan itu melibatkan pesawat nirawak yang dijuluki “drone Yafa”. Pesawat itu berhasil menembus sistem pertahanan Israel.
“Drone Yafa tidak akan digunakan untuk serangan terpisah dalam pembalasan saja. Drone itu akan menjadi bagian operasi saat ini hingga agresi di Gaza berakhir,” katanya.
Baca juga: Utusan AS Peringatkan Israel untuk Tak Serang Hizbullah Lebanon, Sebut Zionis Akan Gagal
Houthi menyebut akan terus melancarkan operasi anti-Israel hingga perang di Gaza disudahi.
Ribuan pejuang siap datang ke Lebanon
Pada bulan Juni lalu dilaporkan ada ribuan pejuang di Asia Barat atau Timur Tengah yang mengaku siap datang ke Lebanon guna bergabung dengan Hizbullah.
Para pejuang yang dibekingi Iran itu ingin membantu Hizbullah melawan Israel apabila konflik di antara keduanya memburuk hingga menjadi perang besar-besaran.
Di sisi lain, Israel sudah mengancam akan melakukan serangan militer ke Lebanon seandainya tidak ada negosiasi untuk menarik pejuang Hizbullah dari perbatasan Israel-Lebanon.
Selama satu dasawarsa terakhir, para pejuang dari Lebanon, Irak, Afganistan, dan Pakistan yang dibekingi Iran telah sudah ikut bertempur bersama dalam konflik di Suriah. Mereka mendukung Presiden Suriah Bashar Assad.
Pejabat dari kelompok yang didukung Iran mengatakan para pejuang itu juga bisa bergabung dalam aksi melawan Israel.
Sementara itu, pemimpin Hizbullah yang bernama Hassan Nasrallah juga menyinggung keinginan para pejuang untuk bergabung.
Dia mengklaim para pemimpin dari Iran, Irak, Suriah, Yaman, dan negara lainnya menawarkan diri untuk mengirim puluhan ribu pejuang guna membantu Hizbullah.
Akan tetapi, Nasrallah mengatakan Hizbullah sudah punya lebih dari 100 ribu pejuang.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada mereka, tapi kami sudah dibanjiri oleh banyaknya pejuang yang kami miliki,” kata Nasrallah dikutip dari NBC News.
Baca juga: Hizbullah Puji Serangan Rudal Houthi ke Israel, Singgung soal Kelemahan dan Kerapuhan Militer Zionis
Bahkan, dia mengklaim dalam pertempuan melawan Israel saat ini, Hizbullah baru menggunakan sebagai pejuangnya.
Pejuang yang dimaksudnya ialah personel khusus yang menembakkan rudal dan pesawat nirawak.
Meski demikian, tak tertutup kemungkinan, Hizbullah akan menerima tawaran dari para pejuang itu jika perang besar-besaran terjadi.
Pada tahun 2017 dia menyebut para pejuang dari Iran, Irak, Yaman, dan Pakistan akan menjadi “rekan” dalam perang seperti itu.
Adapun saat ini, ada ribuan pejuang yang sudah dikerahkan di Suriah dan bisa dengan cepat menuju ke perbatasan Israel-Lebanon.
Beberapa kelompok pejuang juga dilaporkan sudah merancang serangan terhadap Israel dan sekutunya sejak perang di Gaza meletus.
“Kami akan [bertempur] bersama dengan Hizbullah [jika perang besar terjadi],” kata seorang pejabat dari faksi di Irak yang didukung Iran.
(Tribunnews/Febri)