TRIBUNNEWS.COM - Debat calon wali kota di Sao Paulo, Brasil berujung ricuh saat salah satu kandidat melempar kursi ke arah lawannya.
Seperti yang dilaporkan NY Post, debat panas antara José Luiz Datena (67) dan Pablo Marçal (37) pecah pada Minggu (15/9/2024) lalu.
Datena menghantam lawannya, Marçal dengan kursi di tengah-tengah debat yang disiarkan di TV nasional.
Datena, seorang pembawa berita lokal, mengatakan dia marah ketika Marçal, seorang mantan influencer, mengejeknya atas tuduhan pelecehan seksual.
Datena sudah lama membantah tuduhan itu.
"Dia mengungkit-ungkit kasus lama, yang bahkan tidak diselidiki oleh polisi karena tidak ada bukti," kata Datena, menurut terjemahan CNN.
"Sesuatu dari 11 tahun lalu yang menyebabkan situasi yang sangat serius dalam keluarga saya."
Sementara itu, Marçal membandingkan serangan kursi itu dengan penusukan mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro pada tahun 2018, dan bahkan percobaan pembunuhan mantan Presiden Donald Trump oleh seorang penembak jitu pada bulan Juli.
Timnya bahkan menggabungkan gambar ketiga serangan itu untuk sebuah unggahan di Instagram dengan judul: "Mengapa semua kebencian ini?"
Marçal dirawat di rumah sakit karena luka pada pergelangan tangan dan dadanya, termasuk kemungkinan patah tulang dada.
Ia telah berjanji untuk mengambil tindakan hukum terhadap lawannya.
Baca juga: Zelensky Tolak Mentah-mentah Proposal Perdamaian dari Brasil-China
“Pablo Marçal diserang secara pengecut oleh José Luiz Datena, yang memukul tulang rusuknya dengan kursi besi,” kata tim Marçal dalam sebuah pernyataan.
Jajak pendapat baru di São Paulo menunjukkan Marçal tersendat setelah debat
Sebuah jajak pendapat baru yang dipublikasikan pada 19 September oleh Datafolha, salah satu lembaga survei paling disegani di Brasil, menunjukkan bahwa pemilihan Wali Kota Sao Paulo masih ketat.
Mengutip The Brazilian Report, dari 6 kandidat, petahana sayap kanan Ricardo Nunes dan anggota Kongres sayap kiri Guilherme Boulos berada dalam posisi yang imbang secara statistik.
Nunes berada di posisi 27 persen dari target pemilih, diikuti oleh Boulos di posisi kedua dengan 26 persen.
Sementara itu, kandidat sayap kanan Pablo Marçal, yang pernah berada di posisi teratas, tampaknya terhenti di posisi 19 persen.
Marçal sebelumnya melonjak dalam jajak pendapat, berkat keterampilan media sosialnya yang tajam.
Namun, taktiknya yang kasar selama debat yang disiarkan televisi mungkin telah merusak momentumnya.
Marçal mengganggu setiap acara, mengejek lawan untuk memancing respons yang tidak terkendali.
Untuk debat berikutnya pada hari Selasa (24/9/2024), panitia telah mengunci kursi-kursi ke lantai untuk mencegah insiden lebih lanjut.
Menurut jajak pendapat Datafolha, tingkat penolakan terhadap Marçal telah meningkat dari 30 menjadi 47 persen selama enam minggu terakhir.
Sementara itu, analis politik berpendapat bahwa Nunes, memperoleh dukungan berkat alokasi mayoritas waktu siaran TV dan radio gratis bagi para kandidat.
Tidak seperti AS, di mana para kandidat harus membeli waktu siaran, atau Prancis, di mana waktu siaran dibagi rata, waktu media gratis di Brasil didistribusikan berdasarkan perwakilan partai di majelis rendah Kongres.
Didukung oleh koalisi yang besar, Nunes telah menghabiskan 65 persen waktu siaran gratis.
Sedangkan Marçal, yang Partai Pembaruan Buruh Brasilnya tidak memiliki kursi di DPR, tidak memiliki akses ke sumber daya yang berharga ini, yang semakin menghambat kampanyenya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)