"Dan tujuan (perang) Kepala Staf IDF saat itu Danny Halutz tidak tercapai," menurut Abu Zaid.
Sebagai informasi, pada operasi militer 2024 ini, IDF menamai agresinya dengan nama “Panah Utara”. Penamaan ini diolok-olok Hizbullah yang menyebutnya sebagai “Rekening Terbuka”, merujuk pada pernyataan organisasi tersebut kalau mereka memang sudah menanti kedatangan pasukan Israel untuk 'memanennya'.
Baca juga: Sekjen Hizbullah ke Pasukan Israel: Selamat Datang, Kami Menanti! Berapa Kekuatan IDF Masuk Lebanon?
Nilai Penting Pengeboman Markas Mossad
Abu Zaid menunjukkan, mulai terlihat keteraturan dalam peluncuran rudal dan pemilihan jenis target oleh Hizbullah.
"Ini tampaknya menunjukkan bahwa Hizbullah telah berhasil, setidaknya sejauh ini, dalam memulihkan keseimbangan dan memulihkan rantai komando pengambilan keputusan, meski hanya sebagian. Dan pengeboman pangkalan radar dan intelijen Rmeim dan Meron Israel pagi ini menunjukkan kalau ada faksi (di Hizbullah) yang mungkin melakukan pengeboman yang berbeda dari segi jenis dan sasaran," katanya menjelaskan dampak serangan Israel terhadap rantai komando Hizbullah.
Abu Zaid menunjukkan kalau penargetan gedung Mossad kemarin, Rabu, di Tel Aviv, dengan rudal Qadir 1, aspek pentingnya tidak terletak pada nilai destruktifnya.
Baca juga: Rudal Balistik Hizbullah Jamah Israel, Bidik Markas Mossad di Tel Aviv, Sirene Meraung di 20 Kota
"Namun terletak pada keberhasilan Hizbullah dalam meluncurkan rudal balistik dan kegagalan Israel mendeteksi rudal jenis ini, yang memiliki banyak keuntungan (bagi Perlawanan)," kata dia.
Perkembangan ini, menurut Abu Zaid, terjadi seiring dengan upaya komunitas internasional mendesak agar Israel mengurungkan invasi darat mereka ke Lenanon yang akan menjadi kerugian terbesar bagi Tel Aviv jika itu terjadi.
(oln/khbrn/*)