Sebelumnya, Zelenskyy bertemu dengan anggota Kongres AS di Capitol Hill untuk membahas poin-poin utama rencananya untuk perang dengan Rusia.
Rencana tersebut, yang rinciannya belum dipublikasikan, mencakup jaminan keamanan keanggotaan NATO, menurut kepala staf Zelenskyy, Andriy Yermak.
Doktrin Nuklir Rusia
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada hari Kamis bahwa pernyataan terbaru Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai potensi amandemen terhadap doktrin nuklir negara tersebut harus ditafsirkan sebagai "sinyal kepada Barat."
"Ini harus dianggap sebagai sinyal yang pasti," kata Peskov dalam jumpa pers di Moskow, diberitakan Yeni Safak.
Namun, ia mengklarifikasi bahwa Rusia saat ini tidak memiliki rencana untuk memperluas persenjataan nuklirnya. "Tidak, rencana tersebut tidak disebutkan, juga tidak ada pernyataan apa pun tentang masalah tersebut."
Ketika ditanya apakah kemungkinan pencabutan moratorium pengujian nuklir dibahas dalam konteks penyesuaian doktrin nuklir, Peskov menjawab: "Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Anda. Anda melihat bagian pertemuan yang terbuka, tetapi sesi lainnya sepenuhnya tertutup."
Peskov meyakinkan bahwa setiap keputusan untuk menerbitkan doktrin nuklir terbaru akan dikomunikasikan "tepat waktu."
Dalam pertemuan dengan Dewan Keamanan negara itu pada hari Rabu, Putin menekankan perlunya merevisi doktrin nuklir sebagai respons terhadap lanskap militer-politik yang "berubah cepat" dan "munculnya sumber baru ancaman dan risiko militer" bagi Rusia dan sekutunya.
Ia mengusulkan perluasan daftar negara dan aliansi militer yang menjadi sasaran pencegahan nuklir, serta mengidentifikasi ancaman militer baru yang dapat diatasi dengan tindakan pencegahan nuklir.
Presiden mengusulkan untuk memperlakukan setiap agresi terhadap Rusia oleh negara non-nuklir, jika didukung oleh kekuatan nuklir, sebagai serangan bersama.
Putin juga menggarisbawahi bahwa doktrin yang diperbarui akan memungkinkan penggunaan senjata nuklir jika komando militer menerima informasi terverifikasi tentang peluncuran skala besar sistem serangan udara dan ruang angkasa, seperti pesawat taktis dan hipersonik, rudal jelajah, atau drone, yang melintasi wilayah Rusia.
"Kami berhak menggunakan senjata nuklir sebagai respons terhadap agresi terhadap Rusia dan Belarus sebagai anggota Negara Persatuan, termasuk kasus-kasus di mana senjata konvensional menimbulkan ancaman kritis terhadap kedaulatan kami," tambahnya.
(Tribunnews.com/Chrysnha)