TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejabat senior Hamas, Izzat al-Rishq mengutuk kejahatan Israel terhadap jurnalis Palestina.
Menurutnya, Israel dianggap telah melanggar kebebesan pers secara terang-terangan.
"Kejahatan sistematis pendudukan Israel terhadap jurnalis di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kebebasan pers," kata Izzat al-Rishq, dikutip dari Anadolu Anjansi.
Ini diungkapkan oleh Izzat al-Rishq pada Hari Internasional Jurnalis Palestina yang diperingati setiap tahun pada 26 September 2024.
Al-Rishq juga mengatakan bahwa apa yang dilakukan Israel ini adalah tindakan yang disengaja.
Tidak hanya itu, Al-Rishq juga memperingatkan Israel bahwa kejahatan ini tidak akan dapat disembunyikan.
"Israel tidak akan berhasil menyembunyikan kebenaran," tambah al-Rishq.
Jumlah jurnalis Palestina yang tewas terus bertambah, Al-Rish memberikan penghormatan kepada para korban.
"Kami turut berduka kepada jiwa para jurnalis dan awak media yang telah kehilangan nyawa mereka saat meliput kekejaman yang dilakukan oleh musuh (Israel) selama konflik yang sedang berlangsung," katanya.
Meski begitu, Al-Rishq meminta kepada para jurnalis untuk tetap meliput Gaza selama peperangan berlangsung.
Ini bertujuan agar dunia tahu kekejaman yang dilakukan Israel kepada warga Gaza.
Saat ini, jumlah jurnalis Palestina yang tewas akibat serangan Israel telah mencapai 173 orang.
Baca juga: Pengakuan Jurnalis Palestina saat Ditangkap Tentara Israel, Kepala Dijadikan Asbak, Rusuk Patah
Serangan Israel juga telah menewaskan lebih dari 190 jurnalis lainnya.
Pakar: Israel Sengaja Menargetkan Jurnalis Gaza
Direktur Pusat Kevorkian untuk Studi Timur Dekat di Universitas New York, Mohammad Bazzi mengatakan, Israel membuat pola khusus untuk menargetkan para Jurnalis Palestina.
"Ada pola Israel yang menargetkan jurnalis Palestina selama 10 bulan terakhir dan melarang organisasi media atau jurnalis lain memasuki Gaza, kecuali dalam beberapa kasus langka ketika jurnalis dikurung di militer Israel," kata Mohamad Bazzi, dikutip dari Al Jazeera.
Dagher dari RSF menilai militer Israel sengaja memblokir para jurnalis agar tidak dapat meliput Gaza.
“Penargetan dan pembatasan terhadap semua media di Gaza dan kemudian penempatan yang ditargetkan [di militer Israel] menunjukkan adanya kampanye multifaset untuk melakukan pemblokiran media guna membatasi liputan dan meredakan kritik tentang apa yang dilakukan militer Israel,” kata Dagher.
Menurut Dagher tujuan Israel melakukan kejahatan terhadap jurnalis Palestina adalah membungkam media.
“Tujuannya adalah memaksakan cerita mereka alih-alih kebenaran. Tujuannya adalah bungkam. Tujuannya adalah disinformasi," tambahnya.
Sejak 7 Oktober, media internasional tidak diizinkan memasuki Gaza.
Wartawan Palestina telah berusaha keras untuk mendokumentasikan perang di Jalur Gaza, yang seringkali mengorbankan nyawa mereka atau nyawa orang-orang yang mereka cintai.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Hamas, Jurnalis Palestina dan Konflik Palestina vs Israel