News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Sempat Terima Pesan Ancaman dari IDF, Jurnalis Muda Palestina Dibunuh Israel di Jabalia

Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang jurnalis muda Palestina, Hassan Hamad tewas karena serangan Israel di rumahnya daerah kamp Jabalia pada hari Minggu (6/10/2024)

TRIBUNNEWS.COM - Seorang jurnalis muda Palestina, Hassan Hamad tewas karena serangan Israel yang menghantam rumahnya di kamp pengungsi Jabalia pada hari Minggu (6/10/2024).

Jurnalis berusia 19 tahun ini terbunuh selama pemboman dan pengepungan besar-besaran Israel di Jabalia selama 24 jam.

Kabar duka ini disampaikan oleh rekannya melalui X.

"Dengan penuh kesedihan dan rasa sakit, saya berduka atas kematian jurnalis Hassan Hammad… jurnalis yang saat itu belum berusia 20 tahun, telah melawan selama setahun penuh dengan caranya sendiri, dan tinggal sendiri, jauh dari keluarga agar tidak menjadi sasaran," tulis postingan tersebut, dikutip dari The New Arab.

Hamad telah mendokumentasikan agresi Israel di Jalur Gaza sejak dimulainya perang di Gaza.

Sesaat sebelum terbunuh, Hamad diketahui sempat melaporkan serangan baru Israel.

Rekan Hamad mengatakan pria tersebut sempat memposting video tentang penyerangan Israel di Jabalia pada hari itu.

Ia mengatakan bahwa Hamad sempat mencari sinyal internet untuk memposting video itu.

"Ia menolak saat mencoba mencari sinyal internet dan duduk berjam-jam di atap rumahnya untuk memublikasikan video. Kemarin, mulai pukul 10 malam, ia bepergian ke daerah yang dibom dan kembali ke rumah untuk mendapatkan sinyal internet lalu kembali lagi untuk meliput apa yang tersisa dari pengeboman," lanjutnya.

Hingga pukul 6 pagi, Hamad memposting video terakhir serangan Israel.

Keduanya juga diketahui sempat berbincang melalui panggilan telepon pada pagi hari.

"Setelah panggilan telepon yang berlangsung tidak lebih dari beberapa detik, dia berkata 'hei, hei, sudah selesai' dan menutup telepon. Ini adalah perasaan yang tidak dapat ditanggung oleh manusia mana pun," tulis postingan yang ditulis oleh temannya.

Baca juga: Israel Mengebom Rumah Wafa Aludaini, Jurnalis Palestina dalam Pembantaian Terbaru di Gaza

Pada postingan video terakhirnya, Hamad mengatakan bahwa Israel meluncurkan bom dekat persimpangan jalan di kamp Jabalia.

Minggu lalu, Hamad juga melaporkan serangan Israel terhadap Beit Lahia, dengan menyatakan bahwa empat anak berhasil ditarik keluar hidup-hidup dari bawah reruntuhan.

Hamad bersama rekan jurnalisnya Moamen Abu Awda selamat dari tembakan quadcopter Israel pada hari Jumat di sekitar Al-Muqaid di pusat kamp Jabalia.

Sempat Dapat Pesan Ancaman dari Israel

Beberapa bulan sebelum Hamad dibunuh, ia menceritakan kepada teman-temannya jika dirinya mendapat pesan WhatsApp yang berisi ancaman dari nomor Israel.

Pesan tersebut dibagikan oleh Hamad melalui tangkapan layar.

Dalam pesan tersebut, nomor tak dikenal itu mengancam agar Hamad berhenti mendokumentasikan agresi Israel di Gaza.

“Dengarkan… Jika Anda terus menyebarkan kebohongan tentang Israel, kami akan mendatangi Anda selanjutnya dan mengubah keluarga Anda menjadi... Ini peringatan terakhir Anda," tulis pesan tersebut, dikutip dari Middle East Eye.

Tak hanya sekali, Hamad ternyata sebelumnya juga mendapat panggilan telepon dan kiriman pesan dari perwira Israel.

"Ia menerima pesan pertama pada 13 Mei. Setelah itu, ia menerima banyak ancaman melalui telepon dan pesan teks yang memintanya untuk berhenti bekerja," kata manajer Media Town Production Company, tempat Hamad bekerja, Ashraf Mashharawi.

Meski mendapat berbagai ancaman, Hamad dengan tegas ingin terus meliput agresi Israel di Gaza.

Menurut Hamad, ini adalah langkah yang tepat untuk jurnalis.

"Ia menolak untuk patuh, karena yakin bahwa ia tidak melakukan kesalahan apa pun dan hanya menjalankan peran normal yang seharusnya dilakukan oleh jurnalis mana pun. Kami menyarankannya untuk mengurangi pekerjaannya, tetapi ia menolak mentah-mentah. Ia berkata: 'Saya tidak akan terintimidasi oleh ancaman-ancaman itu. Kami benar dan mereka salah,'" tambah Mashharawi.

Dengan keputusan yang diambil oleh Hamad membuat Mashharawi kagum.

“Meskipun dia masih muda, saya kagum melihat betapa tenangnya dia menanggapi pesan itu dan bersikeras akan meneruskan pekerjaannya apa pun yang terjadi," kata Mashharawi.

Mashhrawi kemudian mengatakan bahwa liputan Hamad selama ini tampaknya sangat mengganggu Israel hingga mereka membunuh jurnalis muda ini.

"Hassan diancam berkali-kali karena ia tetap berada di Jabalia, dan banyak foto serta video yang menjadi berita utama diambil olehnya. Rupanya, hal ini mengganggu (pihak Israel), fakta bahwa liputannya mendapat perhatian," jelasnya.

Menurut Mashharawi, artileri Israel langsung menargetkan kamar tidur Hamad.

Di mana kamar tersebut adalah tempat Hamad mengunggah video serangan Israel di Gaza.

“Hassan terbunuh di kamar tidurnya saat fajar. Ia baru saja kembali ke kamarnya untuk mengirim beberapa materi kepada kami ketika ia terbunuh secara langsung. Saudaranya, yang berada [di kamar lain], mengalami luka ringan. Namun, jelas bahwa peluru itu ditembakkan secara langsung dan khusus ke kamar tidur Hassan untuk secara sengaja menargetkannya,” kata Mashharawi.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel tak berhenti melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza.

Akibat serangan tersebut, jumlah jurnalis Palestina yang terbunuh telah mencapai 175 orang.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Jurnalis Palestina dan Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini