TRIBUNNEWS.COM - Drone dengan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan diterbangkan dalam operasi khusus oleh militer Ukraina untuk menyerang target Rusia.
Dilaporkan Standard UK, wakil menteri pertahanan Ukraina mengungkapkan bagaimana teknologi drone sangat berpengaruh dalam perang melawan Rusia.
Ukraina menggunakan sistem dalam negeri yang dilengkapi AI untuk drone-nya, guna mencapai target di medan perang tanpa harus dipiloti.
Sistem yang menggunakan kecerdasan buatan memungkinkan drone yang membawa bahan peledak untuk menemukan atau terbang ke target di area yang dilindungi oleh gangguan sinyal yang luas.
"Saat ini ada beberapa lusin solusi di pasaran dari produsen Ukraina, solusi tersebut dibeli dan dikirim ke angkatan bersenjata dan pasukan pertahanan lainnya," kata Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Kateryna Chernohorenko, tentang sistem AI drone.
Ia mengatakan drone-drone tersebut saat ini digunakan secara tertarget dalam operasi khusus.
Ukraina dan Rusia saat ini saling melancarkan serangan drone.
Di medan perang, sistem drone otomatis sangat dibutuhkan oleh para prajurit yang mencari cara untuk mengalahkan penggunaan "peperangan elektronik" yang semakin meningkat pesat.
Sistem peperangan elektronik menciptakan kubah pelindung di sekitar lokasi target yang dilindungi, dengan mengirimkan sinyal kuat yang mengganggu komunikasi antara drone dan pilotnya.
Sistem ini membuat pilot drone kehilangan kendali atas pesawat mereka dan akhirnya gagal mengenai target.
Sistem ini dulunya hanya digunakan untuk melindungi peralatan bernilai tinggi.
Baca juga: 4 Populer Internasional: Drone Hizbullah Kelabui Sirine Israel - Venezuela Dicegat Gabung BRICS
Tetapi kini telah menjadi fitur umum di parit dan pada kendaraan biasa yang digunakan oleh tentara saat mereka berusaha melindungi diri dari ancaman drone first person view (FPV).
Drone FPV, yang kecil dan terbilang cukup murah, awalnya digunakan untuk para penggemar sipil untuk balapan.
Namun kini drone FPV telah menjadi drone serang yang paling umum digunakan di medan perang.
Baik Rusia dan Ukraina meningkatkan produksi drone mereka hingga jutaan unit per tahun.
Menurut laporan, tingkat keberhasilan serangan target sebagian besar unit FPV telah turun menjadi 30 persen-50 persen, sementara untuk pilot baru, tingkat keberhasilannya bisa serendah 10 persen.
Gangguan sinyal menjadi masalah utamanya.
Beberapa ahli percaya bahwa drone FPV yang dioperasikan AI dapat mencapai tingkat serangan sekitar 80%.
Samuel Bendett, asisten peneliti senior di Center for a New American Security, lembaga pemikir yang berbasis di Washington, mengatakan:
"Pada titik konflik ini, kami melihat penerapan teknologi ini dalam skala kecil karena banyak pengembang mencoba memposisikan diri dan drone mereka sebagai solusi yang tepat."
"Saat ini, solusinya relatif sederhana dan sering kali didasarkan pada teknologi komersial yang telah tersedia bahkan sebelum perang, tetapi fitur yang lebih rumit juga ada."
Ukraina juga menggunakan drone pencegat untuk melumpuhkan sejumlah besar drone pengintai kamera Rusia.
Drone pengintai tersebut membantu artileri dan rudal Rusia menargetkan serangan terhadap target Ukraina di belakang garis pertahanan.
Dmytro Vovchuk, kepala operasi NORDA Dynamics, sebuah perusahaan Ukraina yang membuat perangkat lunak untuk drone, mengatakan bahwa mereka telah membuat produk yang menggunakan visi komputer, sejenis teknologi AI, untuk memandu drone penyerang menuju target mereka.
Perangkat lunak tersebut memungkinkan pilot untuk memilih target melalui kamera drone, dan pesawat tersebut akan menyelesaikan sisa penerbangan ke target tersebut secara otomatis.
Baca juga: Pabrik Drone Baykar Turki di Ukraina Jadi Musim Gugur, Siap Berproduksi Agustus 2025
NORDA Dynamics telah menjual lebih dari 15.000 unit perangkat lunak penargetan otomatisnya kepada produsen drone, di mana lebih dari 10.000 di antaranya telah dikirimkan.
Meskipun jumlah tersebut merupakan angka yang besar, itu masih merupakan sebagian kecil dari empat juta drone yang menurut Ukraina kini dapat diproduksi setiap tahunnya.
Vovchuk mengatakan bahwa serangan tidak selalu dapat dipastikan secara visual karena banyaknya sistem peperangan elektronik di sekitar target bernilai tinggi.
"Dari apa yang telah kami lihat, tiga tank Rusia benar-benar hancur oleh sistem kami, begitu pula banyak serangan terhadap target logistik," katanya.
"Terhadap target-target yang dilindungi oleh peperangan elektronik, sistem AI ini telah memungkinkan serangan terhadap target yang sebelumnya tidak efektif."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)