TRIBUNNEWS.COM - Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2024 masih berlangsung jelang penutupannya pada Selasa (5/11/2024) tengah malam waktu setempat.
Dua partai besar, Demokrat dengan capres Kamala Harris dan cawapres Tim Walz serta Republik dengan capres Donald Trump dan cawapres JD Vance, kemungkinan akan mendominasi perolehan suara.
Selain dua partai besar tersebut, ada beberapa kandidat capres alternatif termasuk Jill Stein dari Green Party (Partai Hijau) yang dibentuk pada 1984.
Jill Stein merupakan seorang dokter lulusan Harvard Medical School dan aktivis lingkungan hidup serta aktivis keadilan sosial.
Ia mengumumkan pencalonannya sebagai capres AS pada 9 November 2023.
Jill Stein dikenal dengan kampanyenya yang pro-Palestina dan menentang kebijakan AS yang mendukung Israel.
Beberapa isu utama yang diangkat Jill Stein dalam kampanyenya, di antaranya mengakhiri praktik lama AS yang selalu memveto resolusi Dewan Keamanan PBB terkait Israel, menyerukan gencatan senjata dan diakhirinya blokade di Jalur Gaza, serta pertukaran tahanan.
Jill Stein juga ingin membubarkan aliansi pertahanan NATO dan menggantinya dengan kerangka kerja keamanan modern.
Selain itu, Partai Hijau yang mengusungnya, berupaya memperkenalkan program Green New Deal untuk beralih ke energi bersih/terbarukan dan mencapai nol emisi.
Jill Stein juga ingin mengurangi pajak untuk pekerja dengan gaji di bawah rata-rata dan menaikkan pajak untuk perusahaan-perusahan raksasa serta orang-orang yang sangat kaya.
Program lainnya yaitu memperkenalkan undang-undang hak ekonomi, menghapuskan sekolah swasta, dan menjamin pengasuhan anak gratis, serta pendidikan publik gratis seumur hidup untuk semua orang mulai dari prasekolah hingga sekolah pascasarjana, dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: Capres Unggul Jumlah Suara tapi Belum Tentu Menang di Pilpres AS 2024, Kenapa?
Apakah Jill Stein Bisa Menang Pilpres AS 2024?
Jill Stein menarik perhatian banyak warga negara AS, termasuk keturunan Arab, muslim, dan para pendukung Palestina.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), sebuah organisasi hak-hak sipil dan advokasi Muslim yang berbasis di AS, mengungkapkan pada 1 November 2024, setidaknya 42,3 persen pemilih Muslim lebih memilih Stein dibandingkan dengan 41 persen pemilih Muslim yang lebih memilih Kamala Harris dari Partai Demokrat.
Jajak pendapat yang melibatkan 1.449 pemilih Muslim Amerika yang terverifikasi dilakukan pada 1-31 Oktober 2024.
Hasilnya menunjukkan hanya 9,8 persen pemilih Muslim yang mendukung Donald Trump.
Meski mendapat banyak dukungan, Partai Hijau yang mengusung Jill Stein dan Butch Ware, dinilai belum cukup kuat untuk mendominasi di 50 negara bagian.
Partai-partai minoritas dan kandidat independen yang maju Pilpres AS 2024 kemungkinan akan mendapat suara yang kecil.
Partai lain di luar dua partai besar yang sering disebut third party (Partai ketiga) seringkali hanya mempengaruhi perolehan jumlah suara.
Karena mayoritas negara bagian AS menerapkan Winner takes all, maka partai yang unggul di negara bagian meski hanya selisih sedikit, tetap berhak mengklaim seluruh perolehan suara di negara bagian tersebut.
Jika seandainya third party menang di beberapa negara bagian, belum tentu capres tersebut memenangkan Pilpres AS.
Hal ini karena AS menggunakan sistem Electoral College, di mana partai yang menang pemilu di negara bagian akan mengirim sejumlah elektor untuk memberikan suara untuk capres-cawapres di rapat nasional Electoral College setelah pemilu rakyat.
Capres-cawapres harus mendapat suara 270 elektor dari 538 elektor di Electoral College untuk dinyatakan menang Pilpres AS.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)