Pada titik ini, katanya, ia memutuskan untuk tidak pergi, dan orang-orang yang telah direkrutnya pun mengikuti.
Musharaf mengatakan teman-temannya telah direkrut tahun ini, diberi visa melalui kedutaan besar Moskow di Teheran.
“Saya tahu bahwa beberapa orang telah mengikuti program mereka ke Ukraina,” katanya, meskipun ia tidak dapat memberikan bukti untuk membuktikan pengakuannya tersebut.
Kesulitan dan Godaan di Tengah Niat Setia ke Inggris
Hamid (bukan nama sebenarnya), yang menjadi perwira pelatihan selama 13 tahun berkarier di Unit ATF444, mengatakan kalau selama 18 bulan di Iran bekerja sebagai pekerja konstruksi, ia didekati tiga kali oleh perantara Afghanistan yang menawarinya pekerjaan untuk berperang buat Rusia.
Dia mengatakan tawaran itu datang awal tahun ini.
“Pertama saya didekati dua kali dalam seminggu, dan kemudian sebulan kemudian saya didekati lagi. Orang-orang yang melakukan pendekatan itu adalah warga Afghanistan yang merupakan pedagang manusia atau kontraktor. Mereka adalah tipe orang yang membawa Anda melintasi perbatasan ke negara lain,"
“Mereka mengatakan ada warga Afghanistan yang saat ini berada di Rusia yang telah direkrut dan tugas saya adalah pergi ke sana dan melatih mereka secara profesional. Saya tidak tahu apa pun tentang apa yang terjadi di Rusia karena saya memberi tahu mereka dengan jelas bahwa saya tidak ingin melakukannya. Saya tidak akan melakukan hal seperti itu lagi, pertempuran atau misi apa pun, terutama untuk negara lain."
“Saya sangat berharap bahwa saya akan direlokasi oleh Inggris dan saya akan tetap setia kepada Inggris.”
Meskipun tidak ada satu pun dari eks-personel The Triples yang diwawancarai yang menerima tawaran itu, situasi warga Afghanistan di Iran menjadi semakin tidak bersahabat.
Pemerintah Iran berencana untuk mendeportasi sekitar dua juta migran, sebagian besar dari mereka adalah warga Afghanistan, pada bulan Maret dan pembatasan baru akan memangkas semua kebebasan terbatas yang dimiliki warga Afghanistan.
Pilihan yang dihadapi para eks-personel The Triple ini semakin meningkat, yaitu menerima tawaran untuk bertempur atau dipulangkan ke tanah air mereka, di mana mereka dan keluarga mereka harus berhadapan dengan Taliban, yang telah memukuli, menyiksa, dan membunuh puluhan dari mereka sejak Agustus 2021.
Inggris Bermuka Dua
Adapun Inggris, sebelumnya menyatakan penolakan mereka untuk menampung para eks-pasukan komando khusus Afghanistan yang mereka latih ini.
Jenderal Sir Richard Barrons, yang mengabdi pada Angkatan Darat Inggris di Afghanistan selama lebih dari 12 tahun, mengatakan kepada BBC Newsnight, kegagalan Inggris untuk merelokasi para prajurit ini "merupakan suatu aib, karena hal ini mencerminkan bahwa kita sebagai bangsa bermuka dua atau tidak kompeten".
Sementara proses perekrutan untuk menjadi tentara bayaran Rusia ini terus berlangsung, proses peninjauan permohonan untuk skema relokasi Kementerian Pertahanan Inggris bagi warga Afghanistan yang bekerja erat dengan pasukan Inggris telah dirundung oleh penundaan.
"Pada bulan Februari, Kementerian Pertahanan Inggris mengumumkan kalau mereka akan meninjau sekitar 2.000 penolakan dari kebijakan relokasi dan bantuan Afghanistan (Arap) dalam waktu 12 minggu, menyusul pengungkapan dalam investigasi bersama oleh The Independent, Lighthouse Reports, dan Sky News tahun lalu bahwa ratusan Triple telah ditolak berdasarkan skema tersebut," kata laporan investigasi The Independent.
Sementara itu, Rafi Hottak, mantan juru bahasa Afghanistan, yang berhubungan dengan mantan The Triple di Iran, mengatakan kalau ia telah diberi tahu tentang mantan perwira pasukan khusus Afghanistan, berkumpul bersama dalam rapat-rapat untuk membahas ikut berperang bagi Rusia.
Artinya, peluang Rusia mendapatkan ribuan personel terlatih untuk berperang melawan Ukraina, makin besar.
“Kementerian Pertahanan perlu mempercepat proses peninjauan,” katanya.
“Mereka perlu melihat ini bukan hanya dari segi jumlah, tetapi juga sebagai tanggung jawab. Mereka adalah orang-orang yang mendukung kita, melakukan apa yang perlu dilakukan. Sekarang mereka tidak punya tanah, tidak punya negara untuk kembali.”
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan: “Seperti yang baru-baru ini dijelaskan oleh menteri angkatan bersenjata kepada parlemen, kami memahami rasa frustrasi karena peninjauan berlangsung begitu lama."
“Masalah-masalah utama dalam peninjauan telah diselesaikan dan kami bekerja keras untuk memastikan bahwa mantan Triple yang memenuhi syarat dan keluarga mereka dapat pindah untuk memulai hidup baru di Inggris.”
“‘Peninjauan Triple’ tetap menjadi prioritas tinggi bagi pemerintah dan para menteri telah mengarahkan agar peninjauan dilakukan dengan cepat, dan dengan perhatian dan ketekunan yang layak.”
Seorang mantan anggota militer Inggris, yang bertugas bersama Triples di Afghanistan, memperingatkan banyak pihak yang hampir putus asa.
Mereka berkata: “Mereka [The Triples] tahu persis bagaimana Inggris menjalankan bisnis mulai dari pengumpulan intelijen hingga operasi militer khusus. Ada banyak pengetahuan yang telah dibagikan selama 20 tahun kami bekerja bahu-membahu."
“Meskipun janji-janji telah diingkari, Triples tetap setia kepada Inggris. Namun, dengan banyak yang nyaris tidak bisa bertahan hidup, dalam kemiskinan dan ketakutan, akan tiba saatnya mereka tidak bisa menunggu lebih lama lagi.”
Jika tak ada tindakan nyata, kemungkinan besar ribuan personel komando khusus Afghanistan ini benar-benar akan berseragam Rusia, berperang melawan Ukraina yang justru dibantu oleh Inggris. Ironi.
(oln/indpndnt/bbc/*)