Serangan rudal ini telah diinterpretasikan sebagai langkah politik oleh beberapa analis.
Mantan Jenderal Angkatan Darat Australia, Mick Ryan, menjelaskan bahwa rudal jangkauan menengah Rusia bisa digunakan untuk menyerang hampir semua target di Eropa dan Inggris.
Meski serangan ini dikatakan minim dampaknya—hanya merusak sebuah pusat rehabilitasi di Ukraina—ini tetap merupakan sinyal yang signifikan bagi Barat.
Seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya menyebutkan bahwa Rusia kemungkinan hanya memiliki sedikit dari rudal ini, dan Ukraina sudah menghadapi serangan rudal yang lebih besar sebelumnya.
Apa Tujuan dari Penggunaan Rudal Oreshnik?
Jakub Janda, direktur European Values Center for Security Policy, berpendapat bahwa langkah ini merupakan upaya Rusia untuk mengintimidasi Barat agar tidak memberikan dukungan lebih kepada Ukraina.
Pavel Podvig, peneliti senior di UN Institute for Disarmament Research, mencatat bahwa penggunaan rudal jenis ini dalam peran konvensional tidak masuk akal mengingat akurasinya yang relatif rendah dan biaya yang tinggi.
Namun, serangan semacam ini mungkin memiliki nilai sebagai sinyal, terutama dalam konteks ketegangan yang meningkat.
Putin mengeklaim bahwa serangan ini merupakan respons terhadap penggunaan rudal yang disediakan oleh AS dan Inggris oleh Ukraina.
Ia menyatakan bahwa Rusia berhak menyerang negara-negara yang memberikan dukungan senjata kepada Ukraina.
Di sisi lain, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengecam serangan tersebut sebagai eskalasi yang jelas dan meminta kecaman dari dunia internasional.
Fabian Hoffmann dari Oslo Nuclear Project menyatakan bahwa pemilihan rudal dengan payload MIRV bisa jadi merupakan upaya untuk memberikan sinyal yang terkait dengan potensi nuklir.