TRIBUNNEWS.COM - Pejabat Pakistan mengumumkan gencatan senjata selama tujuh hari antara kelompok Muslim Syiah dan Sunni yang sedang berseteru, Minggu (24/11/2024).
Dilansir Al Jazeera, kekerasan antara kedua kelompok tersebut dimulai pada Kamis (21/11/2024), setelah orang-orang bersenjata menyerang konvoi warga sipil, yang sebagian besar adalah Muslim Syiah.
Sebagai balasan, penduduk di daerah Kurram, yang memiliki populasi Syiah yang besar, menargetkan Muslim Sunni.
Pakistan adalah negara dengan mayoritas penduduk Sunni.
Sementara itu populasi Syiah terkonsentrasi di distrik Kurram, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, yang dekat perbatasan dengan Afghanistan,
Kedua kelompok tersebut telah bentrok selama beberapa dekade akibat sektarian (diskriminasi atau kebencian yang muncul akibat perbedaan di antara suatu kelompok) serta sengketa tanah di distrik Kurram.
Tim mediasi terbang ke Parachinar, kota utama di Kurram, pada Sabtu (23/11/2024) untuk bertemu dengan para pemimpin Syiah dan Sunni.
Saat itu, Parachinar berada di bawah jam malam.
Kelompok-kelompok bersenjata berkeliaran di jalan-jalan di banyak desa.
Akhtar Hayat Gandpur, kepala polisi provinsi Khyber Pakhtunkhwa, bersama anggota tim mediasi lainnya, mengatakan bahwa para pemimpin Syiah menyerukan penangkapan terhadap mereka yang terlibat dalam penyerangan serta menuntut kompensasi bagi para korban.
Pemerintah Pakistan belum secara terbuka mengidentifikasi para pelaku serangan, dan belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab.
Baca juga: Pakistan Hadapi Risiko Terjebak Siklus Utang Tanpa Akhir
Sebelumnya kesepakatan tercapai, Menteri Hukum Khyber Pakhtunkhwa, Aftab Alam Afridi mengatakan, setelah gencatan senjata disepakati, kedua pihak dapat mulai mengatasi masalah-masalah mendasar.
Total Lebih dari 82 Orang Meninggal
Tiga hari baku tembak sektarian yang sengit di Pakistan telah menewaskan total sedikitnya 82 orang dan melukai 156 lainnya, kata seorang pejabat setempat pada Minggu (24/11/2024).
Mengutip France24, kekerasan terbaru dimulai pada Kamis ketika dua konvoi Muslim Syiah yang dikawal polisi disergap, menewaskan sedikitnya 43 orang dan memicu baku tembak selama dua hari.
"Bentrokan dan serangan terhadap konvoi pada 21, 22, dan 23 November telah mengakibatkan 82 korban tewas dan 156 orang luka-luka," kata seorang pejabat pemerintah setempat yang berbicara dengan syarat anonim.
"Di antara korban tewas, 16 orang adalah warga Sunni, sementara 66 orang berasal dari komunitas Syiah," tambahnya kepada AFP.
Sekitar 300 keluarga mengungsi pada Sabtu, baku tembak senjata ringan dan berat berlanjut hingga malam, namun tidak ada korban baru yang dilaporkan pada Minggu pagi.
"Jaringan seluler di Kurram masih terputus dan lalu lintas di jalan raya utama dihentikan," kata pejabat tersebut.
Bulan lalu, sedikitnya 16 orang, termasuk tiga wanita dan dua anak-anak, tewas dalam bentrokan sektarian di Kurram.
Bentrokan sebelumnya pada Juli dan September menewaskan puluhan orang dan baru berakhir setelah jirga, atau dewan suku, menyerukan gencatan senjata.
Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan melaporkan bahwa 79 orang tewas antara Juli dan Oktober dalam bentrokan karena isu yang sama.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)