News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Media Israel: Klaim Kemenangan Netanyahu Atas Hizbullah Terjadi Saat Utara Benar-benar Lumpuh

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Daerah Galilea Atas di Israel terbakar setelah Hizbullah melancarkan serangan pada hari Sabtu, (10/8/2024).

Media Israel: Klaim Kemenangan Netanyahu Atas Hizbullah Terjadi Saat Utara Benar-Benar Lumpuh

TRIBUNNEWS.COM - Media Israel, Haaretz menyoroti klaim Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu yang menyatakan pasukan Israel (IDF) meraih kemenangan membanggakan atas gerakan Hizbullah Lebanon.

Dalam laporannya, media berbahasa Ibrani yang baru-baru ini kena banned pemerintah Israel karena dianggap tidak pro tersebut, menyiratkan kalau Israel justru mengalami kondisi yang buruk, jauh dari apa yang diklaim Netanyahu sebagai kemenangan.

Baca juga: Tel Aviv Digertak AS, Gencatan Senjata Israel-Hizbullah Terjadi Dalam Dua Hari

"Sementara kehidupan di utara terus menderita gangguan total dan kenyataan tumpah ke pusat negara, pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menyatakan kemenangan dan membanggakan prestasi Pasukan Pertahanan Israel, sehingga secara signifikan merusak “rasa keamanan pribadi rata-rata Israel,” tulis laporan Haaretz, dikutip dari Khaberni, Senin (25/11/2024).

"Lebih dari 200 roket dalam sehari dengan orang-orang yang terluka dari Nahariya ke Petach Tikva, tiga sirene dalam waktu 12 jam di wilayah Sharon. Minggu adalah salah satu hari paling intensif serangan roket sejak dimulainya perang," tulis wartawan Israel Amod Harel untuk Haaretz.

Dia menjelaskan serangan intensif Hizbullah datang sebagai balas dendam atas pembantaian Israel di Beirut.

Laporan tersebut, menambahkan kalau kelompok Perlawanan Lebanon justru mengambil keuntungan dari “cuaca musim dingin ketika kondisi lebih menantang bagi Angkatan Udara Israel”.

"Pemboman Israel di pinggiran Beirut Selatan akan dijawab oleh roket Hizbullah yang ditujukan pusat Israel," tulis sindiran Haaretz terhadap pola 'pencegahan' yang selama ini dibanggakan rezim Netanyahu.

Harel menekankan kalau kehidupan di utara tetap “benar-benar lumpuh”.

Dia menambahkan bahwa sementara negosiasi gencatan senjata sedang berlangsung di Lebanon, meningkatnya frekuensi penembakan dari Lebanon, sekarang justru meluas ke pusat Israel, merusak rasa aman pemukim.

Sementara itu, para pemimpin pemerintah daerah di Israel utara mendesak untuk mengintensifkan serangan terhadap Lebanon.

Adapun Benny Gantz, kepala partai kamp Negara dan anggota Knesset, telah meminta pemerintah untuk mengeluarkan perintah untuk menargetkan infrastruktur negara Lebanon.

Pasukan infanteri Israel menyusuri kontur berbukit di perbatasan Lebanon dalam invasi darat melawan milisi Hizbullah. (tangkap layar Amir Levy/Getty Images)

Staf Umum Militer Israel (IDF) Mendorong Gencatan Senjata di Lebanon dan Gaza

Harel mencatat kalau perkembangan terakhir tidak mengubah sikap Militer Israel (IDF), yang sudah dikomunikasikan kepada kepemimpinan politik Israel pekan lalu. 

IDF menyatakan bahwa keberhasilan operasional di utara dan selatan menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk gencatan senjata.

Mereka merekomendasikan tindakan yang mencakup gencatan senjata di Lebanon dan Gaza, serta kesepakatan cepat tentang kembalinya tawanan dari Jalur Gaza.

IDF menambahkan kalau wacana yang memungkinkan adalah kesepakatan gencatan senjata dapat dicapai dengan dukungan dan keterlibatan AS dalam mendukung tentara Lebanon – dan mengawasi implementasi perjanjian gencatan senjata dengan Hizbullah.

"Ini akan membantu menstabilkan situasi di sepanjang perbatasan," kata Haaretz.

Adapun untuk gencatan di Gaza, kesepakatan pertukaran tawanan tahanan “akan membutuhkan fleksibilitas pada bagian Israel dan setidaknya penghentian sementara untuk pertempuran, bahkan jika Hamas belum benar-benar dikalahkan.

Fleksibilitas yang dimaksud adalah Israel harus 'mengalah' pada tuntutan Hamas, mengingat “alternatifnya kemungkinan adalah kematian para sandera yang tetap berada di penahanan.”

Pada catatan itu, Harel menjelaskan bahwa kurangnya bukti mengenai rincian para tawanan menyebabkan kasus mereka dihapus dari agenda publik, mencatat bahwa ini “tidak terjadi dalam ruang hampa.”

Hizbullah Ancam Hancurkan Israel

Hizbullah memperingatkan Israel pada Minggu (24/11/2024), setelah Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, mengatakan akan membalas pemboman Israel di Beirut, ibu kota Lebanon.

Naim Qassem mengatakan Hizbullah akan membalas dengan serangan yang sama di Tel Aviv.

"Kita tidak bisa membiarkan ibu kota berada di bawah serangan musuh Israel kecuali kita harus menanggung akibatnya, dan akibatnya adalah Tel Aviv, dan saya harap musuh memahami masalah ini tidak boleh dibiarkan begitu saja," kata Naim Qassem dalam pidatonya, Rabu (20/11/2024).

Media militer Hizbullah menerbitkan gambar "Beirut vs Tel Aviv" yang menunjukkan dampak kehancuran akibat jatuhnya roket di jalan raya di Israel, dengan tanda-tanda yang menunjukkan jalan menuju wilayah Israel, termasuk Tel Aviv, selain tanda peringatan jatuhnya roket.

Hal ini bertepatan dengan bunyi sirene di Tel Aviv, dan tentara Israel memantau rudal yang diluncurkan dari Lebanon menuju pusat kota itu.

Sejumlah kota di Israel, termasuk Tel Aviv dan Haifa, menjadi sasaran serangan rudal besar-besaran dari Lebanon yang menyebabkan kehancuran pada Minggu (24/11/2024) sore.

Otoritas Penyiaran Israel sebelumnya mengumumkan lalu lintas udara terhenti di Bandara Ben Gurion, sebelah timur Tel Aviv, menyusul peluncuran rudal dari Lebanon.

Ledakan terdengar di Israel tengah setelah peluncuran 10 rudal menuju Tel Aviv.

"Untuk mendukung keteguhan rakyat Palestina di Jalur Gaza, untuk mendukung perlawanan mereka yang berani dan terhormat, dan untuk membela Lebanon dan rakyatnya," kata Hizbullah dalam pernyataannya, Minggu.

"Sebagai tanggapan atas penargetan ibu kota, Beirut, dan pembantaian yang dilakukan oleh musuh Israel terhadap warga sipil, dalam serangkaian operasi Khaybar dan dengan seruan 'Siap melayani Anda, wahai Nasrallah', mujahidin Perlawanan Islam (Hizbullah) melakukan operasi gabungan, pada pukul 06.30 hari ini, Minggu," lanjutnya.

Hizbullah mengatakan serangan itu menargetkan sasaran militer di kota Tel Aviv, dengan rudal tertentu, segerombolan drone penyerang, dan operasi mencapai tujuannya.

Baca juga: Jebakan Hizbullah Berhasil, 6 Tank Merkava Israel Hancur, IDF Pilih Mundur dari Al-Bayyada

"Mujahidin Perlawanan Islam menargetkan pangkalan Glilot (markas Besar Militer Unit Intelijen 8200), 110 km dari perbatasan Lebanon-Palestina, di pinggiran kota Tel Aviv pada pukul 13.00 hari ini, Minggu," tambahnya.

Dalam konteks pembicaraan tentang persamaan Beirut versus Tel Aviv, perlu dicatat bahwa Sekretaris Jenderal Hizbullah yang baru, Naim Qassem, dalam pidatonya Rabu lalu mengancam Israel bahwa Hizbullah akan menanggapi serangan Israel di Beirut.

Israel masih melanjutkan serangannya di berbagai kota di Lebanon, termasuk Beirut. 

Pada Sabtu (23/11/2024), tentara Israel menargetkan sebuah bangunan di daerah Basta al-Fawqa di pusat Beirut, yang membunuh 29 orang dan melukai enam lainnya.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.

Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Selain di Jalur Gaza, Israel memperluas serangannya ke Lebanon selatan sejak Senin (23/9/2024) dengan dalih menargetkan Hizbullah.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza.

Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 44.211 jiwa dan 104.567 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (24/11/2024) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Mayadeen.

Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.

 

(oln/khbrn/*)

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini